Friday, October 5, 2018

Konsep Kanker Payudara

Hasil gambar untuk kanker payudara
A.  Konsep Penyakit
1.    Pengertian Kanker Payudara
Kanker payudara merupakan penyakit yang disebabkan karena terjadinya pembelahan sel-sel tubuh secara tidak teratur sehingga pertumbuhan sel tidak dapat di kendalikan dan akan tumbuh menjadi benjolan tumor (kanker) sel (Brunner dan Suddarth, 2005 ).
Kanker payudara adalah suatu penyakit seluler yang dapat timbul dari jaringan payudara dengan manifestasi yang mengakibatkan kegagalan untuk mengontrol proliferasi dan maturasi sel (Brunner dan Suddarth, 2005). Kanker payudara adalaah suatu penyakit yang menggambarkan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok penyakit,bukan penyakit tunggal (Tucker dkk,1998).
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal yang terus tumbuh di dalam jaringan mammae (Tapan, 2005). Kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari parenkim, stoma areola, dan papila mamae (Taufan Nugroho,2011). Setiap payudara terdiri atas 12 sampai 20 lobulus kelenjar yang masing-masing mempunyai saluran ke papila mammae, yang disebut duktus laktiferus.
Pendarahan payudara terutama berasal dari cabang arteri Perforantes Anterior dari arteri Mammaria Interna, arteri torakalis yang bercabang dari arteri aksilaris dan beberapa arteri Interkostalis. Penyaliran limf dari daerah sentral dan medial yang selain menuju ke kelenjar sepanjang pembuluh mammaria interna, juga menuju ke aksila kontra lateral, ke m. rektus abdominis lewat ligamentum falsifarum hepatis ke hati, pleura dan payudara kontra lateral. (Sjamsuhidajat, 2004).





2.    Anatomi Fisiologi Payudara
a.    Anatomi Payudara
Anatomi payudara dan kuadran letak kanker payudara dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah    kulit,di atas otot dada.Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram. Pada payudara terdapat tiga bagian utama yaitu:
1)   Korpus
Korpus (badan) yaitu bagian yang membesar. Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos, dan pembuluh darah. Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus. Lobus,yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara.ASI disalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).
2)   Areola
Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya memusat ke dalam putingndan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.
3)   Papilla / Puting
Papila atau Puting,yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara. Bentuk puting ada 4, yaitu bentuk yang normal, pendek/datar, panjang dan terbenam (inverted).
b.   Fisiologi Payudara
Payudara merupakan kelenjar tubuloalveolar yang bercabang-cabang, terdiri atas 15-20 lobus yang dikelilingi oleh jaringan ikat dan lemak. Tiap lobus mempunyai duktus ekskretorius masing-masing yang akan bermuara pada puting susu, disebut duktus laktiferus, yang dilapisi epitel kuboid selapis yang rendah, lalu ke duktus alveolaris yang dilapisi epitel kuboid berlapis, kemudian bermuara ke duktus laktiferus yang berakhir pada putting susu.
Ada 3 hal fisiologik yang mempengaruhi payudara, yaitu :
1)   Pertumbuhan dan involusi berhubungan dengan usia
2)   Pertumbuhan berhubungan dengan siklus haid
3)   Perubahan karena kehamilan dan laktasi.

3.    Etiologi
Tidak satupun penyebab spesifik dari kanker payudara,sebaliknya serangkaian faktor genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan dapat menunjang terjadinya kanker ini. Bukti yang terus bermunculan menunjukan bahwa perubahan genetik belum berkaitan dengan kanker payudara, namun apa yang menyebabkan perubahan genetik masih belum diketahui. Perubahan genetik ini termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal, dan pengaruh protein yang menekan atau menigkatkan perkembangan kanker payudara. Hormon steroid yang dihasilkan oleh ovarium mempunyai peran penting dalam kanker payudara. Dua hormon ovarium utama-estradiol dan progesterone mengalami perubahan dalam lingkungan seluler, yang dapat mempengaruhi faktor pertumbuhan bagi kanker payudara (Brunner dan Sudart, 2001).
Faktor resiko timbul kanker payudara terdiri dari faktor resiko yang tidak dapat di ubah (unchangeable) dan dapat di ubah (changeable) yaitu:
Faktor resiko yang tidak dapat di ubah (unchangable) :
1)   Umur
Semakin bertambahnya umur meningkat resiko kanker payudara. Wanita paling sering terserang kanker payudara adalah usia di atas 40 tahun. Wanita berumur di bawah wanita 40 tahun juga dapat terserang kanker payudara, namun resikonya lebih rendah dibandingkan wanita berusia diatas 40 tahun.
2)   Menarche Usia Dini
Resiko terjadinya kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi pertama sebelum umur 12 tahun. Umur menstruasi yang lebih awal berhubungan dengan lamanya paparan hormone estrogen dan progesterone pada wanita yang berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara.
3)   Menoupause usia lanjut
Menopause setelah usia 55 tahun meningkatkan resiko untuk mengalami kanker payudara. Sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor jauh sebelum terjadinya perubahan klinis. Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadinya perubahan klinis.
4)   Riwayat keluarga
Terdapat peningkatan resiko menderita kanker payudara pada wanita yang keluarganya menderita kanker payudara tertentu. Apabila BRCA 1 (Breast Cancer 2),yaitu suatu kerentanan terhadap kanker payudara, untuk terjadi kanker payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun. 10% kanker payudara bersifat familial. Pada studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan dengan gen probabilitas.
5)   Riwayat penyakit payudara jinak
Wanita yang menderita kelainan ploriferatif pada payudara memiliki peningkatan resiko untuk mengalami kanker payudara. Menurut penelitian Brinton (2008) di Amerika Serikat dengan desain cohort, wanita yang mempunyai tumor payudara (adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis) mempunyai resiko 2,0 kali lebih tinggi untuk mengalami kanker payudara 4,0 kali lebih besar untuk terkena kanker payudara (RR=4,0).

Faktor resiko yang dapat diubah / dicegah (changeable)
1)   Riwayat kehamilan
Usia lanjut saat melahirkan anak pertama meningkatkan resiko mengalami kanker payudara. Menurut penelitian Briston (2008) di Amerika Serikat dengan desain cohort, wanita yang kehamilan pertama setelah 35 tahun mempunyai resiko 3,6 kali lebih besar dibandingkan wanita yang kehamilan pertama sebelum 35 tahun untuk terkena kanker payudara (RR=3,6). Wanita yang multipara atau belum pernah melahirkan mempunyai faktor resiko 4,0 kali lebih besar dibandingkan wanita multipara atau sudah lebih dari sekali melahirkan untuk terkena kanker payudara (RR=4,0)
2)   Obesitas dan konsumsi lemak tinggi
Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dengan kanker payudara pada wanita pasca menopause. Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor resiko terjadinya kanker payudara.
3)   Penggunaan Hormone dan Kontrasepsi
Oral Hormone berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral berisiko tinggi untuk mengalami kanker payudara. Kandungan estrogen dan progestron pada kontrasepsi oral akan memberikan efek proliferasi berlebih pada kelenjer payudara. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral untuk waktu yang lama mempunyai resiko untuk mengalami kanker payudara sebelum menopause.
4)   Konsumsi Rokok
Wanita yang merokok meningkatkan resiko untuk mengalami kanker payudara daripada waita yang tidak merokok. Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang dengan desain case control menunjukkan bahawa diperkirakaan resiko bagi wanita yang merokok untuk terkena kanker payudara 2,36 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok (OR=2,36).
5)   Riwayat Keterpaparan Radiasi
Radiasi diduga meningkatkan resiko kejadian kanker payudara. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun meningkatkan resiko kanker payudara.Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang dengan desain case control menunjukkan bahwa diperkirakan resiko bagi wanita yang terpapar radiasi lebih dari 1 jam sehari untuk terkena kanker payudara 3,12 kali lebih tinggi (OR=3,12)

Sebab-sebab keganasan pada mammae masih belum diketahui secara pasti (Price & Wilson, 1995), namun ada beberapa teori yang menjelaskan tentang penyebab terjadinya Ca mammae, yaitu:
1)   Mekanisme hormonal
Steroid endogen (estradiol & progesterone) apabila mengalami perubahan dalam lingkungan seluler dapat mempengaruhi faktor pertumbuhan  bagi ca mammae (Smeltzer & Bare, 2002: 1589).
2)   Virus
Invasi virus yang diduga ada pada air susu ibu menyebabkan adanya massa abnormal pada sel yang sedang mengalami proliferasi.
3)   Genetik
·      Ca mammae yang bersifat herediter dapat terjadi karena adanya “linkage genetic”  autosomal dominan (Reeder, Martin, 1997).
·      Penelitian tentang biomolekuler  kanker menyatakan delesi kromosom 17 mempunyai peranan penting untuk terjadinya transformasi malignan (Reeder, Martin, 1997).
·      mutasi gen BRCA 1 dan BRCA 2 biasanya ditemukan pada klien dengan riwayat keluarga kanker mammae dan ovarium (Robbin & kumar, 1995) serta mutasi gen supresor tumor p 53 (Murray, 2002).

4)   Defisiensi imun
Defesiensi imun terutama limfosit T  menyebabkan penurunan produksi interferon yang berfungsi untuk menghambat terjadinya proliferasi sel dan jaringan kanker dan meningkatkan aktivitas antitumor.

4.    Patofisiologi
Bukti yang terus bermunculan menunjukkan bahwa adanya perubahan genetik berkaitan dengan kanker payudara namun apa yang menyebabkan genetik masih belum diketahui.Meskipun belum ada penyebab spesifik kanker payudara yang diketahui namun bisa diindentifikasi melalui beberapa faktor resiko,faktor ini penting dalam membantu mengembangkan program pencegahan.Hal yang selalu harus diingat adalah bahwa 60% yang di diagnosa kanker payudara tidak mempunyai faktor resiko yang terindentifikas kecuali lingkungan hormonal mereka.
Di masa kehidupan,wanita dianggap beresiko untuk mengalami kanker payudara,namun mengidentifikasi faktor resiko merupakan cara untuk mengidentifikasi wanita yang mungkin diuntungkan dari kelangsungan hidup yang harus meningkat dan pengobatan dini (Prince,A Sylvia.2006).
Kanker payudara berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada sistem duktal, mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma insitu dan menginvasi stroma. Karsinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba (kira-kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira-kira seperempat dari karsinoma mammae telah bermetastasis. Karsinoma mammae bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah (Prince, Sylvia, Wilson Lorrairee M, 1995).
Tumor / neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri:proliferasi yang berlebihan dan tak berguna,yang tak mengikuti pengaruh jaringan sekitarnya.Proliferasi abnormal sel kanker akan mengganggu fungsi jaringan normal dengan meninfiltrasi dan memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar keorgan-organ yang jauh.Didalam sel tersebut telah terjadi perubahan secara biokimiawi terutama dalam maligna dan berubah menjadi sekelompok sel ganas diantara sel normal (Prince,A Sylvia.2006).
Transformasi sel-sel kanker dibentik  dari sel-sel normal dalam suatu proses rumut yang disebut transformasi,  yang terdiri dari  tahap inisiasi,  promosi dan progresi. Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam genetiksel yang memancing selmenjadi maligna.perubahan dalam denetic sel ini disebabakan oleh suatu gen yang disebut dengan karsinogen,yang bisa berupa bahan kimia, virus,  radiasi atau  penyinaran dan sinar  matahari. Tetapi, tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen harus merupakan mutagen yang dapat menimbulkan mutasi pada gen (Sukarja,2000).
Apabila ditemukan suatu kesalahan maka basa-basa DNA yang terlihat akan dipotong dan diperbaiki. Namun, kadang terjadi transkripsi dan tidak terdeteksi oleh enzim-enzim pengoreksi. Pada keadaan tersebut akan timbul satu atau lebih protein regulator yang akan mengenali kesalahan resebut dan menghentikan sel dititik tersebut dari proses pembelahan.pada titik ini, kesalahan DNA dapat diperbaiki,atau sel tersebut deprogram untuk melakukan bunuh diri yang secara efektif menghambat pewarisan kesalahan sel-sel keturunan jika sel tersebut kembali lobs, maka sel tersebut akan menjadi mutasi permanen dan bertahan di semua keturunan dan masuk ketahap irreversible (Cerwin ,2000).
Pada tahap promosi kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promoter, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahun pun dapat membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan. Promotor adalah zat non-mutagen tetapi dapat menikkan reaksi karsinogen dan tidak menimbulkan amplifikasi gen produksi copi multiple gen (Sukarha, 2000). Suatu sel yang telah megalami insiasi akan menjadi maligna. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpenngaruhi oleh promosi. Oleh karena itu, diperlukan beberapa faktor untuk terj adinya suatu keganasan (gabungan dari sel yang akan peka dan suatu karsinogen).
Pada tahap progresif terjadi aktivitas, mutasi, atau hilangnya gen.pada progresif ini timbul perubahan benigna menjadi pre-maligna dan maligna. Kanker payudara menginvasi secara lokal dan menyebar pertama kali melalui kelenjer getah bening regional, aliran darah, atau keduanya. Kanker payudara yang bermetastasis dapat mengenai seluruh organ tubuh, terutama paru-paru, hepar, tulang, otak dan kulit (Weiss.M 2010).
Metastasis kanker payudara biasanya muncul bertahun-tahun atau beberapa dekade setelah diagnosis pertama dan terapi (Swart R, DAN Harris JE, 2011).Stadium-stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaia Dokter saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasienya,sudah sejauh mana tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ maupun penyebaran ketempat jauh.Stadium hanya di kenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada tumor jinak.Untuk menentukan suatu stadium,harus dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang lainnya,yaitu histopologi, PA, rontgen, usg, dan bila memungkinkan CT Scan, Scintigrafi (Sukarja,2000).














5.    WOC
6.    Tanda dan Gejala
Gejala- gejala kanker payudara yang tidak di sadari dan tidak di rasakan pada stadium dini menyebabkan bayak penderita yang berobat dalam kondisi stadium lanjut. Hal tersebut akan mempersulit penyembuhan dan semakin kecil peluang untuk di sembuhkan. Bila kanker payudara dapat di ketahui secara dini maka akan lebih mudah dilakukan pengobatan (Ramli M, 2013). Gejala yang timbul data penyakit memasuki stadium lanjut semakin  bayak , seperti:
a.    Timbul benjolan pada payudara yang dapat di raba dengan tangan, makin lama benjolan makin keras dan bentuknya tidak beraturan.
b.    Saat benjolan mulai membesar,barulah mulai terasa nyeri saat ditekan, karena terbentuk penebalan pada kulit payudara.
c.    Bentuk, ukuran, berat salah satu payudara berubah bentuk karena terjadi pembengkakan.
d.   Pembesaran kelenjar getah bening di ketiak atau timbul benjolan kecil di bawah ketiak.
e.    Bentuk atau arah puting berubah, misalnya puting susu tertarik ke dalam yang tadinya berwarna merah muda berubah menjadi kecoklatan.
f.     Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari puting susu pada wanita    yang tidak sedang hamil.
g.    Luka pada payudara tidak sudah lama dan tidak sembuh walau sudah diobati.
h.    Kulit payudara seperti mengerut kulit jeruk (peuau d’orange) akibat dari neoplasma menyekat drainase limfatik sehingga terjadi edema dan piting kulit.

7.    Tingkatan Stadium Kanker Payudara
a.    Stadium I
Tumor yang berdiameter kurang 2 cm tanpa keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh. Tumor terbatas pada payudara dan tidak terfiksasi pada kulit dan otot pektoralis.


b.    Stadium IIa
Tumor yang berdiameter kurang 2 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter kurang 5 cm tanpa keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh.
c.    Stadium IIb
Tumor yang berdiameter kurang 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter lebih 5 cm tanpa keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh.




d.   Stadium IIIa
Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) tanpa penyebaran jauh.
e.    Stadium IIIb
Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) dan terdapat penyebaran jauh berupa metastasis ke supraklavikula dengan keterlibatan limfonodus (LN) supraklavikula atau metastasis ke infraklavikula atau menginfiltrasi / menyebar ke kulit atau dinding toraks atau tumor dengan edema pada tangan.
Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan bisa juga luka bernanah di payudara. Didiagnosis sebagai Inflamatory Breast Cancer. Bisa sudah atau bisa juga belum menyebar ke pembuluh getah bening di ketiak dan lengan atas, tapi tidak menyebar ke bagian lain dari organ tubuh
f.     Stadium IIIc
Ukuran tumor bisa berapa saja dan terdapat metastasis kelenjar limfe infraklavikular ipsilateral, atau bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe mammaria interna dan metastase kelenjar limfe aksilar, atau metastasis kelenjar limfe supraklavikular ipsilateral
g.    Stadium IV
Tumor yang mengalami metastasis jauh, yaitu : tulang, paru-paru, liver atau tulang rusuk





Status penampilan (performance status) kanker menurut WHO (1979) :
0 : Baik, dapat bekerja normal.
1 : Cukup, tidak dapat bekerja berat namun bekerja ringan bisa.
2 : Lemah, tidak dapat bekerja namun dapat berjalan dan merawat diri sendiri 50% dari waktu sadar.
3 : Jelek, tidak dapat berjalan, dapat bangun dan merawat diri sendiri, perlu tiduran lebih 50% dari waktu sadar.
4 : Jelek sekali, tidak dapat bangun dan tidak dapat merawat diri sendiri, hanya tiduran saja.

8.    Komplikasi
Metastase ke jaringan sekitar melalui saluran limfe (limfogen) ke paru,pleura, tulang dan hati.
a.    Limpedema
limfedema terjadi jika saluran limfe untuk menjamin aliran balik limfe bersirkulasi umum tidak berfungsi dengan kuat. Jika nodus axilaris dan sistem limfe di angkat maka sistem kolater dan axilaris harus mengambil ahli fungsi mereka. Limfedema dapat dicegah dengan meninggikan setiap sendi lebih tinggi dari sendi yang prokximal. Jika terjadi limfedema keluasan biasanya berhubungan dengan jumlah saluran limfatik kolateral yang diangkat selama pembedahan (Brunner & Suddharta,2011).
b.    Sidroma hiperkalsemik
Sidroma hiperkalsemik terjadi jika kanker menghasilkan hormon yang meningkatkan kadar kalsium darah/ hormon yang secara langsung mempengaruhi tulang.
9.    Pemeriksanaan Diagnostik
Ada beberapa pemeriksaan penunjang.Namun secara umum terbagi 2 yaitu non invasive dan invasive.
a.    Non Invasive
1)   SADARI (Periksa Payudara Sendiri)
Teknik SADARI merupakan langkah yang mudah dilakukan oleh semua orang untuk mendeteksi secara diri kanker payudara.
2)   Mammografi
Mammografi yaitu pemeriksaan dengan metode radiologis sinar X yang diradiasikan pada payudara. Kelebihan mammografi adalah kemampuan mendeteksi tumor yang belum teraba (radius  0,5 cm) sekalipun masih dalam stadium dini.Waktu yang tepat untuk melakukan mammografi pada wanita usia produktif adalah hari ke 1-14 dari siklus haid. Pada perempuan  usia nonproduktif dianjurkan untuk kapan saja. Ketepatan pemeriksaan ini berbeda-beda berkisar antara 83%-95%.
3)   Ultrasound
Ultrasound telah digunakan sejak awal 50-an. Alat tersebut sangat berguna dan akurat dalam mengevaluasi densitas payudara dan dan akurat dalam membedakan antara kista dengan massa padat. Namun untuk masa yang lebih kecil antara 5-10 mm tidak dapat divisualisasi dan massa pada jaringan lemak payudara sulit dievaluasi. Keuntungannya adalah tidak ada radiasi dan tidak ada nyeri.
4)   Computed Tomografi dan Magnetic  Resonance Imaging Scans
Penggunaan CT dan MRI  untuk scanning untuk mengevaluasi kelainan payudara sekarang sudah mulai diselidiki. Teknik ini mengambil  peran dalam mengevaluasi axila, mediastinum dan area supralivikula untuk adenopati dan membantu dalam melakukan stging pada proses keganasan.
b.    Invasives
1)   Sitologi aspirasi
Sitologi aspirasi dilakukan menggunakan jarum halus (ukuran 20 atau yang lebih kecil) dengan spuit untuk mengaspirasi sel pada area yang dicuriga, lalu dismear di atas slide dan difiksasi segera dan diwarnai untuk evaluasi sitologi. Jika specimen diambil secara tepat, prosedur ini sangat akurat. Namun pemeriksaan ini tidak dapat untuk memeriksa gambaran histopatologi jaringan sebab pemeriksaan ini tidak mampu mengambil struktur jaringan sekitar. Teknik stereotaktik untuk sampling lesi nonpalble sudah menjadi hal umum diamerika serikat. Kelemahan teknik ini adalah ketidak mampuan untuk menentukan secara akurat resptor estrogen dan progesterone pada specimen yang sangat kecil. Untuk menegtahui resptor menggunakan teknik ini sudah dikembangkan namun masih belum merata keberadaanya dilaboratorium patologi anatomi.
2)   Core Needle Biopsy (CNB)
Biopsi jarum dengan menggunakan jarum bor yang besar sering dilakukan. Hal tersebut lebih invasive dibandingkan dengan aspires jarum. CNB lebih akurat dan bisa digunakan untuk menentukan reseptor estrogen dan progesterone serta bisa dilakukan untuk memeriksa gambaran histopatologi.
3)   Biopsy
Ini bisa dilakukan secara stereotaktik atau dengan bantuan ultrasound. Biopsi TerbukaTerdapat berbagai macam teknik biopsy terbuka yaitu:
a)    Biopsy Eksisi
Istilah biopsy Eksisi merujuk pada istilah yang berarti dengan mengangkat seluruh massa yang terlihat dan biasanya dengan sedikit batas jaringan yang sehat. Hal tersebut perlu direncanakan secara hati-hati dan curiga lesinya bersifat gana. Kebanyakan boipsi bisa dilakukan dengan lokal anestesi. Namun dengan kenyamanan pasien biasa dilakukan dengan sedasi intravena. Poting beku biasa dilakukan dan bisa disimpan untuk tes resptor estrogen dan progesterone.
b)   Biopsi Insisi
Untuk lesi yang besar dan sulit untuk dilakukan biopsy eksisi biasanya dilakukan biopsy insisi dengan hanya mengambil sedikit jaringan. Hal ini bisa dilakukan dalam anestesi lokal dan cukup nyaman pada pasien poli.
4)   Needle-Guided Biopsy (GNB)
Skrinning mammografi bisa digunakan untuk melihat lesi mencurigakan sebelum muncul secara klinis. Dan hal tersebut bisa dijadikan petokan dalam melakukan biopsy jarum dengan bantuan mammografi. Teknik ini dilakukan atas dasar prinsip menghilangkan lesi secara presisi tanpa mengorbankan jaringan sehat sekitar. Pasien dilakukan mamografi yang disesuaikan dengan film aslinya dan dilakukan introduks berdasarkan gambaran film tersebut. Jadi bisa disimpulkan NGB merupakan biopsy dengan bantuan mamograf.
5)   Ultrasound-Guided Biopsy (UGB)
Untuk lesi yang tidak teraba anamun terlihat gambarannya melalui ultrasound. Bisa dilakukan dengan pasien pada posisi supine, dan payudara discan menggunakan tranducer. Lalu kulitnya ditandai dengan pensil; lalu dilakukan biopsy secara standard. Aspirasi kista juga bisa dilakukan dengan bantuan ultrasound.
6)    Nipple Discharge Smear (NDS)
Setelah menekan daerah puting maka akan keluar cairan .cairan yang bisa keluar bisa diusap pada gelas kaca difikasi dan dapat dilihat untuk dievaluasi secara sitologi. Dilaporkan, sitologi dari NDS memiliki hasil negative palsu sebesar 18% dan positif sebesar 2,5% jadi dibutuhkan ketelitian dan kehati­hatian dalam menginterprestasi hasil tersebut.
7)   Nipple Biopsy
Perubahan epithelium dari puting sering terkait dengan gatal atau nipple discharge biasa diperbolehkan untuk dilakukan biopsy puting. Sebuah potongan nipple /areola complex bisa dieksisi dalam lokal anatesi dengan tepi minimal

10.     Penatalaksanaan
Adanya beberapa cara pengobatan kanker payudara yang penerapannya tergantung pada stadium klinik payudara. Pengobatan kanker payudara biasanya meliputi pembedahan/ operasi, radioterapi/ penyinaran, kemoterapi, dan terapi hormonal. Penatalaksanaan medis biasanya tidak dalam bentuk tunggal, tetapi dalam beberapa kombinasi.

1)   Pembedahan
Pembedahan dilakukan untuk mengangkat sebagian atau seluruh payudara yang terserang kanker payudara. Pembedahan paling utama dilakukan pada kanker payudara stadium I dan II. Pembedahan dapat bersifat kuratif (menyembuhkan) maupun paliatif (menghilangkan gejala-gejala penyakit). Tindakan pembedahan atau operasi kanker payudara dapat dilakukan dengan cara :
a)    Mastectomy radikal yang dimodifikasi
Pengangkatan payudara sepanjang nodu limfe axila sampai otot pectoralis mayor. Lapisan otot pectoralis mayor tidak diangkat namun otot pectoralis minor bisa jadi diangkat atau tidak diangkat.
b)   Mastectomy total
Semua jaringan payudara termasuk puting dan areola dan lapisan otot pectoralis mayor diangkat. Nodus axila tidak disayat dan lapisan otot dinding dada tidak diangkat.
c)    Lumpectomy/tumor
Pengangkatan tumor dimana lapisan mayor dari payudara tidak turut diangkat. Exsisi dilakukan dengan sedikitnya 3 cm jaringan payudara normal yang berada di sekitar tumor tersebut.
d)   Wide excision/mastektomy parsial.
Exisisi tumor dengan 12 tepi dari jaringan payudara normal.
e)    Ouadranectomy.
Pengangkatan dan payudara dengan kulit yang ada dan lapisan otot pectoralis mayor.
2)   Radioterapi
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula merupakan therapi tunggal. Adapun efek samping: kerusakan kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau otot pectoralis, radang tenggorokan.



3)   Kemoterapi
Pemberian obat-obatan anti kanker yang sudah menyebar dalam aliran darah. Efek samping: lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan membuat, mudah terserang penyakit.
4)   Terapi Hormonal
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk kanker yang sudah bermetastase. Dapat juga dengan dilakukan bilateral oophorectomy. Dapat juga digabung dengan therapi endokrin lainnya.

11.     Pencegahan
Pencegahan kanker payudara adalah pencegahan yang bertujuan menurunkan insidens kanker payudara dan secara tidak langsung akan menurun angka kematian akibat kanker payudara.
a.    Pencegahan primodial
Yaitu upaya pencegahan yang ditujukan kepada orang sehat yang memiliki faktor resiko. Upaya yang dimaksudkan dengan menciptakan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan kanker payudara tidak mendapat dukungan dasar dari kebiasaan, gaya hidup dan faktor resiko lainnya. Pencegahan primodial dilakukan melalui promosi kesehatan yang ditunjukan pada orang sehat melalui upaya pola hidup sehat.
b.    Pencegahan Primer
Pencegahan primer pada kanker payudara dilakukan pada orang sehat yang sudah memiliki faktor resiko untuk terkena kanker payudara. Pencegahan primer dilakukan melalui upaya menghindari diri dari keterpaparan berbagai faktor resiko dan melaksanakan pola hidup sehat. Konsep dasar dari pencegahan primer adalah menurunkan insiden kanker payudara yang dapat dilakukan dengan :
1)   Mengurangi makanan yang mengandung lemak tinggi.
2)   Memperbanyak aktivitas fisik dengan berolahraga.
3)   Menghindari terlalu banyak terkena sinar X atau jenis radiasi lainnya.
4)   Mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak serat.Serat akan menyerap zat-zat yang bersifat karsinigen dan lemak, yang kemudian membawanya keluar melalui feces.
5)   Mengkonsumsi produk kedelai serta produk olahan seperti tahu atau tempe. Kedelai mengandung flonoid yang berguna untuk mencegah kanker dan genestein yang berfungsi sebagai ektrogen nabati (fitoestrogen). Ektrogen nabati ini akan menempel pada reseptor estrogen sel-sel epitel saluran kelenjer susu, sehingga akan menghalangi estrogen asli untuk menempel pada saluran susu yang akan merangsang tumbuhnya sel kanker.
6)   Memperbanyak mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran, terutama yang mengandung vitamin C, zat antioksidan dan fitokimia, seperti jeruk, wortel, tomat, labu, pepaya, mangga, brokoli, lobak, kangkung, kacang-kacangan dan biji-bijian.
c.    Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan untuk mengobati para penderita dan mengurangi akibat-akibat yang lebih serius dari penyakit kanker payudara melalui diagnosa dan deteksi dini dan pemberian pengobata

Hampir setiap kanker payudara ditemukan pertama kali oleh penderita sendiri dari pada oleh dokter. Karena itu, wankita hares mewaspadai setiap [perubahan yang terjadi pada payudara. Untuk mengetahui perubahan-perubahantersebut dilakukan pemeriksaan sederhana yang disebut pemeriksaan payudar sendiri (SADARI).
SADARI sebaiknya dilakukan setiap bulan secara teratur. Cara ini sangat efektif di Indonesia karena tidak semua rumah sakit menyediakan fasilitas pemeriksaan memadai. Kebiasaan ini memudahkan kita untuk menemukan perubahan pada payudara dan bulan ke bulan. Pemeriksaan optimum dilakukan pada sekitar 7-14 hari setelah awal siklus menstruasi karena pada masa itu retensi cairan minimal dan payudara dalam keadaan lembut dan tidak membengkak sehingga jika ada pembengkakan akan lebih mudah ditemukan.


Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 1 .Jakarta : EGC
Brunner & Suddarth.(2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 2 .Jakarta : EGC.
Closkey ,Joane C. Mc, Gloria M. Bulechek.(1996). Nursing Interventions Classification (NIC). St. Louis :Mosby Year-Book.
Donengoes Marilynn E.(2000). Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien Edisi 3. Jakarta: EGC.
Johnson,Marion, dkk. (2000). Nursing Outcome Classifications (NOC). St. Louis :Mosby Year-Book
Juall,Lynda,Carpenito Moyet. (2003). Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 10. Jakarta:EGC
Mansjoer, Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius
Marilyan, Doenges E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman untuk perencanaan dan  pendokumentasian perawatan pasien) .Jakarta : EGC
Nugroho ,Taufan. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas,Anak, Bedah, dan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika.
Price Sylvia, A (1994). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 . Edisi 4. Jakarta. EGC.
Rahayu Wahyu .(2011). Menggali,Mencegah dan mengobati 35 jenis kanker. Jakarta : Victory Inti Cipta.
Rasjidi Iman .(2009). Deteksi Dini dan Pencegahan Kanker. Jakarta : CV Sagung Seto.
Sjamsuhidajat R.(1997). Buku Ajar Ilmu Bedah,Edisi Revisi. Jakarta : ECG.
Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. (1998). Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi. EGC : Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah : Brunner Suddarth, Vol. 2. Jakarta : EGC.
Wiley dan Blacwell. (2009). Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2009-2011, NANDA.Singapura:Markono print Media Pte Ltd.



No comments:

Post a Comment