A.
Konsep
Penyakit
1.
Pengertian
Kanker Payudara
Kanker
payudara merupakan penyakit yang disebabkan karena terjadinya pembelahan
sel-sel tubuh secara tidak teratur sehingga pertumbuhan sel tidak dapat di
kendalikan dan akan tumbuh menjadi benjolan tumor (kanker) sel (Brunner dan
Suddarth, 2005 ).
Kanker
payudara adalah suatu penyakit seluler yang dapat timbul dari jaringan payudara
dengan manifestasi yang mengakibatkan kegagalan untuk mengontrol proliferasi
dan maturasi sel (Brunner dan Suddarth, 2005). Kanker payudara adalaah suatu
penyakit yang menggambarkan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok
penyakit,bukan penyakit tunggal (Tucker dkk,1998).
Kanker
payudara adalah sekelompok sel tidak normal yang terus tumbuh di dalam jaringan
mammae (Tapan, 2005). Kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari
parenkim, stoma areola, dan papila mamae (Taufan Nugroho,2011). Setiap payudara
terdiri atas 12 sampai 20 lobulus kelenjar yang masing-masing mempunyai saluran
ke papila mammae, yang disebut duktus laktiferus.
Pendarahan
payudara terutama berasal dari cabang arteri Perforantes Anterior dari arteri
Mammaria Interna, arteri torakalis yang bercabang dari arteri aksilaris dan
beberapa arteri Interkostalis. Penyaliran limf dari daerah sentral dan medial
yang selain menuju ke kelenjar sepanjang pembuluh mammaria interna, juga menuju
ke aksila kontra lateral, ke m. rektus abdominis lewat ligamentum falsifarum
hepatis ke hati, pleura dan payudara kontra lateral. (Sjamsuhidajat, 2004).
2.
Anatomi
Fisiologi Payudara
a.
Anatomi
Payudara
Anatomi payudara dan kuadran letak
kanker payudara dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Payudara
(mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit,di atas otot dada.Fungsi dari
payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang
kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan
saat menyusui 800 gram. Pada payudara terdapat tiga bagian utama yaitu:
1) Korpus
Korpus (badan) yaitu
bagian yang membesar. Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu.
Bagian dari alveolus adalah sel aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot
polos, dan pembuluh darah. Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus. Lobus,yaitu
beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara.ASI
disalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa
duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).
2) Areola
Areola, yaitu bagian
yang kehitaman di tengah sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang
besar melebar, akhirnya memusat ke dalam putingndan bermuara ke luar. Di dalam
dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila
berkontraksi dapat memompa ASI keluar.
3) Papilla
/ Puting
Papila atau
Puting,yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara. Bentuk puting ada 4,
yaitu bentuk yang normal, pendek/datar, panjang dan terbenam (inverted).
b.
Fisiologi
Payudara
Payudara
merupakan kelenjar tubuloalveolar yang bercabang-cabang, terdiri atas 15-20
lobus yang dikelilingi oleh jaringan ikat dan lemak. Tiap lobus mempunyai
duktus ekskretorius masing-masing yang akan bermuara pada puting susu, disebut
duktus laktiferus, yang dilapisi epitel kuboid selapis yang rendah, lalu ke
duktus alveolaris yang dilapisi epitel kuboid berlapis, kemudian bermuara ke
duktus laktiferus yang berakhir pada putting susu.
Ada 3 hal fisiologik
yang mempengaruhi payudara, yaitu :
1) Pertumbuhan
dan involusi berhubungan dengan usia
2) Pertumbuhan
berhubungan dengan siklus haid
3) Perubahan
karena kehamilan dan laktasi.
3.
Etiologi
Tidak
satupun penyebab spesifik dari kanker payudara,sebaliknya serangkaian faktor
genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan dapat menunjang
terjadinya kanker ini. Bukti yang terus bermunculan menunjukan bahwa perubahan
genetik belum berkaitan dengan kanker payudara, namun apa yang menyebabkan
perubahan genetik masih belum diketahui. Perubahan genetik ini termasuk
perubahan atau mutasi dalam gen normal, dan pengaruh protein yang menekan atau
menigkatkan perkembangan kanker payudara. Hormon steroid yang dihasilkan oleh
ovarium mempunyai peran penting dalam kanker payudara. Dua hormon ovarium utama-estradiol
dan progesterone mengalami perubahan dalam lingkungan seluler, yang dapat
mempengaruhi faktor pertumbuhan bagi kanker payudara (Brunner dan Sudart,
2001).
Faktor
resiko timbul kanker payudara terdiri dari faktor resiko yang tidak dapat di
ubah (unchangeable) dan dapat di ubah (changeable) yaitu:
Faktor
resiko yang tidak dapat di ubah (unchangable) :
1) Umur
Semakin bertambahnya
umur meningkat resiko kanker payudara. Wanita paling sering terserang kanker
payudara adalah usia di atas 40 tahun. Wanita berumur di bawah wanita 40 tahun
juga dapat terserang kanker payudara, namun resikonya lebih rendah dibandingkan
wanita berusia diatas 40 tahun.
2) Menarche
Usia Dini
Resiko terjadinya
kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi pertama sebelum
umur 12 tahun. Umur menstruasi yang lebih awal berhubungan dengan lamanya
paparan hormone estrogen dan progesterone pada wanita yang berpengaruh terhadap
proses proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara.
3) Menoupause
usia lanjut
Menopause setelah usia
55 tahun meningkatkan resiko untuk mengalami kanker payudara. Sehingga
diperkirakan awal terjadinya tumor jauh sebelum terjadinya perubahan klinis.
Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause sehingga
diperkirakan awal terjadinya tumor terjadinya perubahan klinis.
4) Riwayat
keluarga
Terdapat peningkatan
resiko menderita kanker payudara pada wanita yang keluarganya menderita kanker
payudara tertentu. Apabila BRCA 1 (Breast Cancer 2),yaitu suatu kerentanan
terhadap kanker payudara, untuk terjadi kanker payudara sebesar 60% pada umur
50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun. 10% kanker payudara bersifat
familial. Pada studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan dengan
gen probabilitas.
5) Riwayat
penyakit payudara jinak
Wanita yang menderita
kelainan ploriferatif pada payudara memiliki peningkatan resiko untuk mengalami
kanker payudara. Menurut penelitian Brinton (2008) di Amerika Serikat dengan
desain cohort, wanita yang mempunyai tumor payudara (adenosis, fibroadenoma,
dan fibrosis) mempunyai resiko 2,0 kali lebih tinggi untuk mengalami kanker
payudara 4,0 kali lebih besar untuk terkena kanker payudara (RR=4,0).
Faktor resiko yang
dapat diubah / dicegah (changeable)
1) Riwayat
kehamilan
Usia lanjut saat melahirkan
anak pertama meningkatkan resiko mengalami kanker payudara. Menurut penelitian
Briston (2008) di Amerika Serikat dengan desain cohort, wanita yang kehamilan
pertama setelah 35 tahun mempunyai resiko 3,6 kali lebih besar dibandingkan
wanita yang kehamilan pertama sebelum 35 tahun untuk terkena kanker payudara
(RR=3,6). Wanita yang multipara atau belum pernah melahirkan mempunyai faktor
resiko 4,0 kali lebih besar dibandingkan wanita multipara atau sudah lebih dari
sekali melahirkan untuk terkena kanker payudara (RR=4,0)
2) Obesitas
dan konsumsi lemak tinggi
Terdapat hubungan yang
positif antara berat badan dengan kanker payudara pada wanita pasca menopause.
Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor resiko terjadinya kanker
payudara.
3) Penggunaan
Hormone dan Kontrasepsi
Oral Hormone
berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral berisiko tinggi untuk mengalami kanker payudara. Kandungan
estrogen dan progestron pada kontrasepsi oral akan memberikan efek proliferasi
berlebih pada kelenjer payudara. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral untuk
waktu yang lama mempunyai resiko untuk mengalami kanker payudara sebelum
menopause.
4) Konsumsi
Rokok
Wanita yang merokok
meningkatkan resiko untuk mengalami kanker payudara daripada waita yang tidak
merokok. Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang dengan
desain case control menunjukkan bahawa diperkirakaan resiko bagi wanita yang
merokok untuk terkena kanker payudara 2,36 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
wanita yang tidak merokok (OR=2,36).
5) Riwayat
Keterpaparan Radiasi
Radiasi diduga
meningkatkan resiko kejadian kanker payudara. Pemajanan terhadap radiasi
ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun meningkatkan resiko
kanker payudara.Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang
dengan desain case control menunjukkan bahwa diperkirakan resiko bagi wanita
yang terpapar radiasi lebih dari 1 jam sehari untuk terkena kanker payudara
3,12 kali lebih tinggi (OR=3,12)
Sebab-sebab keganasan
pada mammae masih belum diketahui secara pasti (Price & Wilson, 1995),
namun ada beberapa teori yang menjelaskan tentang penyebab terjadinya Ca
mammae, yaitu:
1) Mekanisme
hormonal
Steroid endogen
(estradiol & progesterone) apabila mengalami perubahan dalam lingkungan
seluler dapat mempengaruhi faktor pertumbuhan
bagi ca mammae (Smeltzer & Bare, 2002: 1589).
2) Virus
Invasi virus yang
diduga ada pada air susu ibu menyebabkan adanya massa abnormal pada sel yang
sedang mengalami proliferasi.
3) Genetik
· Ca
mammae yang bersifat herediter dapat terjadi karena adanya “linkage
genetic” autosomal dominan (Reeder,
Martin, 1997).
· Penelitian
tentang biomolekuler kanker menyatakan
delesi kromosom 17 mempunyai peranan penting untuk terjadinya transformasi malignan
(Reeder, Martin, 1997).
· mutasi
gen BRCA 1 dan BRCA 2 biasanya ditemukan pada klien dengan riwayat keluarga
kanker mammae dan ovarium (Robbin & kumar, 1995) serta mutasi gen supresor
tumor p 53 (Murray, 2002).
4) Defisiensi
imun
Defesiensi imun terutama
limfosit T menyebabkan penurunan
produksi interferon yang berfungsi untuk menghambat terjadinya proliferasi sel
dan jaringan kanker dan meningkatkan aktivitas antitumor.
4.
Patofisiologi
Bukti
yang terus bermunculan menunjukkan bahwa adanya perubahan genetik berkaitan
dengan kanker payudara namun apa yang menyebabkan genetik masih belum
diketahui.Meskipun belum ada penyebab spesifik kanker payudara yang diketahui
namun bisa diindentifikasi melalui beberapa faktor resiko,faktor ini penting
dalam membantu mengembangkan program pencegahan.Hal yang selalu harus diingat
adalah bahwa 60% yang di diagnosa kanker payudara tidak mempunyai faktor resiko
yang terindentifikas kecuali lingkungan hormonal mereka.
Di
masa kehidupan,wanita dianggap beresiko untuk mengalami kanker payudara,namun
mengidentifikasi faktor resiko merupakan cara untuk mengidentifikasi wanita
yang mungkin diuntungkan dari kelangsungan hidup yang harus meningkat dan
pengobatan dini (Prince,A Sylvia.2006).
Kanker
payudara berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada sistem
duktal, mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel
atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma insitu dan menginvasi
stroma. Karsinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal
sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba (kira-kira berdiameter
1 cm). Pada ukuran itu kira-kira seperempat dari karsinoma mammae telah
bermetastasis. Karsinoma mammae bermetastasis dengan penyebaran langsung ke
jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah (Prince,
Sylvia, Wilson Lorrairee M, 1995).
Tumor
/ neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri:proliferasi yang
berlebihan dan tak berguna,yang tak mengikuti pengaruh jaringan sekitarnya.Proliferasi
abnormal sel kanker akan mengganggu fungsi jaringan normal dengan meninfiltrasi
dan memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar keorgan-organ yang
jauh.Didalam sel tersebut telah terjadi perubahan secara biokimiawi terutama
dalam maligna dan berubah menjadi sekelompok sel ganas diantara sel normal
(Prince,A Sylvia.2006).
Transformasi
sel-sel kanker dibentik dari sel-sel
normal dalam suatu proses rumut yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi, promosi dan progresi. Pada tahap inisiasi
terjadi suatu perubahan dalam genetiksel yang memancing selmenjadi
maligna.perubahan dalam denetic sel ini disebabakan oleh suatu gen yang disebut
dengan karsinogen,yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi atau
penyinaran dan sinar matahari.
Tetapi, tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen
harus merupakan mutagen yang dapat menimbulkan mutasi pada gen (Sukarja,2000).
Apabila
ditemukan suatu kesalahan maka basa-basa DNA yang terlihat akan dipotong dan
diperbaiki. Namun, kadang terjadi transkripsi dan tidak terdeteksi oleh
enzim-enzim pengoreksi. Pada keadaan tersebut akan timbul satu atau lebih
protein regulator yang akan mengenali kesalahan resebut dan menghentikan sel
dititik tersebut dari proses pembelahan.pada titik ini, kesalahan DNA dapat
diperbaiki,atau sel tersebut deprogram untuk melakukan bunuh diri yang secara
efektif menghambat pewarisan kesalahan sel-sel keturunan jika sel tersebut
kembali lobs, maka sel tersebut akan menjadi mutasi permanen dan bertahan di
semua keturunan dan masuk ketahap irreversible (Cerwin ,2000).
Pada
tahap promosi kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut
promoter, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan
gangguan fisik menahun pun dapat membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami
suatu keganasan. Promotor adalah zat non-mutagen tetapi dapat menikkan reaksi
karsinogen dan tidak menimbulkan amplifikasi gen produksi copi multiple gen
(Sukarha, 2000). Suatu sel yang telah megalami insiasi akan menjadi maligna.
Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpenngaruhi oleh promosi.
Oleh karena itu, diperlukan beberapa faktor untuk terj adinya suatu keganasan
(gabungan dari sel yang akan peka dan suatu karsinogen).
Pada
tahap progresif terjadi aktivitas, mutasi, atau hilangnya gen.pada progresif
ini timbul perubahan benigna menjadi pre-maligna dan maligna. Kanker payudara
menginvasi secara lokal dan menyebar pertama kali melalui kelenjer getah bening
regional, aliran darah, atau keduanya. Kanker payudara yang bermetastasis dapat
mengenai seluruh organ tubuh, terutama paru-paru, hepar, tulang, otak dan kulit
(Weiss.M 2010).
Metastasis
kanker payudara biasanya muncul bertahun-tahun atau beberapa dekade setelah
diagnosis pertama dan terapi (Swart R, DAN Harris JE, 2011).Stadium-stadium
penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaia Dokter saat
mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasienya,sudah sejauh mana
tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ maupun penyebaran ketempat
jauh.Stadium hanya di kenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada tumor
jinak.Untuk menentukan suatu stadium,harus dilakukan pemeriksaan klinis dan
ditunjang dengan pemeriksaan penunjang lainnya,yaitu histopologi, PA, rontgen, usg,
dan bila memungkinkan CT Scan, Scintigrafi (Sukarja,2000).
5.
WOC
6.
Tanda
dan Gejala
Gejala-
gejala kanker payudara yang tidak di sadari dan tidak di rasakan pada stadium
dini menyebabkan bayak penderita yang berobat dalam kondisi stadium lanjut. Hal
tersebut akan mempersulit penyembuhan dan semakin kecil peluang untuk di
sembuhkan. Bila kanker payudara dapat di ketahui secara dini maka akan lebih
mudah dilakukan pengobatan (Ramli M, 2013). Gejala yang timbul data penyakit
memasuki stadium lanjut semakin bayak ,
seperti:
a. Timbul
benjolan pada payudara yang dapat di raba dengan tangan, makin lama benjolan
makin keras dan bentuknya tidak beraturan.
b. Saat
benjolan mulai membesar,barulah mulai terasa nyeri saat ditekan, karena
terbentuk penebalan pada kulit payudara.
c. Bentuk,
ukuran, berat salah satu payudara berubah bentuk karena terjadi pembengkakan.
d. Pembesaran
kelenjar getah bening di ketiak atau timbul benjolan kecil di bawah ketiak.
e. Bentuk
atau arah puting berubah, misalnya puting susu tertarik ke dalam yang tadinya
berwarna merah muda berubah menjadi kecoklatan.
f. Keluar
darah, nanah, atau cairan encer dari puting susu pada wanita yang tidak sedang hamil.
g. Luka
pada payudara tidak sudah lama dan tidak sembuh walau sudah diobati.
h. Kulit
payudara seperti mengerut kulit jeruk (peuau d’orange) akibat dari neoplasma
menyekat drainase limfatik sehingga terjadi edema dan piting kulit.
7.
Tingkatan
Stadium Kanker Payudara
a. Stadium
I
Tumor yang berdiameter
kurang 2 cm tanpa keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh. Tumor
terbatas pada payudara dan tidak terfiksasi pada kulit dan otot pektoralis.
b. Stadium
IIa
Tumor yang berdiameter
kurang 2 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh atau
tumor yang berdiameter kurang 5 cm tanpa keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa
penyebaran jauh.
c. Stadium
IIb
Tumor yang berdiameter
kurang 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh atau
tumor yang berdiameter lebih 5 cm tanpa keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran
jauh.
d. Stadium
IIIa
Tumor yang berdiameter
lebih 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) tanpa penyebaran jauh.
e. Stadium
IIIb
Tumor
yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) dan terdapat
penyebaran jauh berupa metastasis ke supraklavikula dengan keterlibatan
limfonodus (LN) supraklavikula atau metastasis ke infraklavikula atau
menginfiltrasi / menyebar ke kulit atau dinding toraks atau tumor dengan edema
pada tangan.
Tumor
telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan bisa juga luka
bernanah di payudara. Didiagnosis sebagai Inflamatory Breast Cancer. Bisa sudah
atau bisa juga belum menyebar ke pembuluh getah bening di ketiak dan lengan
atas, tapi tidak menyebar ke bagian lain dari organ tubuh
f. Stadium
IIIc
Ukuran tumor bisa
berapa saja dan terdapat metastasis kelenjar limfe infraklavikular ipsilateral,
atau bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe mammaria
interna dan metastase kelenjar limfe aksilar, atau metastasis kelenjar limfe
supraklavikular ipsilateral
g. Stadium
IV
Tumor yang mengalami metastasis jauh,
yaitu : tulang, paru-paru, liver atau tulang rusuk
Status
penampilan (performance status) kanker menurut WHO (1979) :
0
: Baik, dapat bekerja normal.
1
: Cukup, tidak dapat bekerja berat namun bekerja ringan bisa.
2
: Lemah, tidak dapat bekerja namun dapat berjalan dan merawat diri sendiri 50%
dari waktu sadar.
3
: Jelek, tidak dapat berjalan, dapat bangun dan merawat diri sendiri, perlu
tiduran lebih 50% dari waktu sadar.
4
: Jelek sekali, tidak dapat bangun dan tidak dapat merawat diri sendiri, hanya
tiduran saja.
8.
Komplikasi
Metastase ke jaringan
sekitar melalui saluran limfe (limfogen) ke paru,pleura, tulang dan hati.
a. Limpedema
limfedema terjadi jika
saluran limfe untuk menjamin aliran balik limfe bersirkulasi umum tidak
berfungsi dengan kuat. Jika nodus axilaris dan sistem limfe di angkat maka
sistem kolater dan axilaris harus mengambil ahli fungsi mereka. Limfedema dapat
dicegah dengan meninggikan setiap sendi lebih tinggi dari sendi yang prokximal.
Jika terjadi limfedema keluasan biasanya berhubungan dengan jumlah saluran
limfatik kolateral yang diangkat selama pembedahan (Brunner &
Suddharta,2011).
b. Sidroma
hiperkalsemik
Sidroma hiperkalsemik
terjadi jika kanker menghasilkan hormon yang meningkatkan kadar kalsium darah/
hormon yang secara langsung mempengaruhi tulang.
9.
Pemeriksanaan
Diagnostik
Ada
beberapa pemeriksaan penunjang.Namun secara umum terbagi 2 yaitu non invasive
dan invasive.
a. Non
Invasive
1) SADARI
(Periksa Payudara Sendiri)
Teknik
SADARI merupakan langkah yang mudah dilakukan oleh semua orang untuk mendeteksi
secara diri kanker payudara.
2) Mammografi
Mammografi
yaitu pemeriksaan dengan metode radiologis sinar X yang diradiasikan pada
payudara. Kelebihan mammografi adalah kemampuan mendeteksi tumor yang belum
teraba (radius 0,5 cm) sekalipun masih
dalam stadium dini.Waktu yang tepat untuk melakukan mammografi pada wanita usia
produktif adalah hari ke 1-14 dari siklus haid. Pada perempuan usia nonproduktif dianjurkan untuk kapan
saja. Ketepatan pemeriksaan ini berbeda-beda berkisar antara 83%-95%.
3) Ultrasound
Ultrasound
telah digunakan sejak awal 50-an. Alat tersebut sangat berguna dan akurat dalam
mengevaluasi densitas payudara dan dan akurat dalam membedakan antara kista
dengan massa padat. Namun untuk masa yang lebih kecil antara 5-10 mm tidak
dapat divisualisasi dan massa pada jaringan lemak payudara sulit dievaluasi.
Keuntungannya adalah tidak ada radiasi dan tidak ada nyeri.
4) Computed
Tomografi dan Magnetic Resonance Imaging
Scans
Penggunaan
CT dan MRI untuk scanning untuk
mengevaluasi kelainan payudara sekarang sudah mulai diselidiki. Teknik ini
mengambil peran dalam mengevaluasi
axila, mediastinum dan area supralivikula untuk adenopati dan membantu dalam
melakukan stging pada proses keganasan.
b. Invasives
1) Sitologi
aspirasi
Sitologi
aspirasi dilakukan menggunakan jarum halus (ukuran 20 atau yang lebih kecil)
dengan spuit untuk mengaspirasi sel pada area yang dicuriga, lalu dismear di
atas slide dan difiksasi segera dan diwarnai untuk evaluasi sitologi. Jika
specimen diambil secara tepat, prosedur ini sangat akurat. Namun pemeriksaan
ini tidak dapat untuk memeriksa gambaran histopatologi jaringan sebab
pemeriksaan ini tidak mampu mengambil struktur jaringan sekitar. Teknik
stereotaktik untuk sampling lesi nonpalble sudah menjadi hal umum diamerika
serikat. Kelemahan teknik ini adalah ketidak mampuan untuk menentukan secara
akurat resptor estrogen dan progesterone pada specimen yang sangat kecil. Untuk
menegtahui resptor menggunakan teknik ini sudah dikembangkan namun masih belum
merata keberadaanya dilaboratorium patologi anatomi.
2) Core
Needle Biopsy (CNB)
Biopsi
jarum dengan menggunakan jarum bor yang besar sering dilakukan. Hal tersebut
lebih invasive dibandingkan dengan aspires jarum. CNB lebih akurat dan bisa
digunakan untuk menentukan reseptor estrogen dan progesterone serta bisa
dilakukan untuk memeriksa gambaran histopatologi.
3) Biopsy
Ini
bisa dilakukan secara stereotaktik atau dengan bantuan ultrasound. Biopsi
TerbukaTerdapat berbagai macam teknik biopsy terbuka yaitu:
a) Biopsy
Eksisi
Istilah
biopsy Eksisi merujuk pada istilah yang berarti dengan mengangkat seluruh massa
yang terlihat dan biasanya dengan sedikit batas jaringan yang sehat. Hal
tersebut perlu direncanakan secara hati-hati dan curiga lesinya bersifat gana.
Kebanyakan boipsi bisa dilakukan dengan lokal anestesi. Namun dengan kenyamanan
pasien biasa dilakukan dengan sedasi intravena. Poting beku biasa dilakukan dan
bisa disimpan untuk tes resptor estrogen dan progesterone.
b) Biopsi
Insisi
Untuk
lesi yang besar dan sulit untuk dilakukan biopsy eksisi biasanya dilakukan
biopsy insisi dengan hanya mengambil sedikit jaringan. Hal ini bisa dilakukan
dalam anestesi lokal dan cukup nyaman pada pasien poli.
4) Needle-Guided
Biopsy (GNB)
Skrinning
mammografi bisa digunakan untuk melihat lesi mencurigakan sebelum muncul secara
klinis. Dan hal tersebut bisa dijadikan petokan dalam melakukan biopsy jarum
dengan bantuan mammografi. Teknik ini dilakukan atas dasar prinsip
menghilangkan lesi secara presisi tanpa mengorbankan jaringan sehat sekitar.
Pasien dilakukan mamografi yang disesuaikan dengan film aslinya dan dilakukan
introduks berdasarkan gambaran film tersebut. Jadi bisa disimpulkan NGB
merupakan biopsy dengan bantuan mamograf.
5) Ultrasound-Guided
Biopsy (UGB)
Untuk
lesi yang tidak teraba anamun terlihat gambarannya melalui ultrasound. Bisa
dilakukan dengan pasien pada posisi supine, dan payudara discan menggunakan
tranducer. Lalu kulitnya ditandai dengan pensil; lalu dilakukan biopsy secara
standard. Aspirasi kista juga bisa dilakukan dengan bantuan ultrasound.
6) Nipple Discharge Smear (NDS)
Setelah
menekan daerah puting maka akan keluar cairan .cairan yang bisa keluar bisa
diusap pada gelas kaca difikasi dan dapat dilihat untuk dievaluasi secara
sitologi. Dilaporkan, sitologi dari NDS memiliki hasil negative palsu sebesar
18% dan positif sebesar 2,5% jadi dibutuhkan ketelitian dan kehatihatian dalam
menginterprestasi hasil tersebut.
7) Nipple
Biopsy
Perubahan
epithelium dari puting sering terkait dengan gatal atau nipple discharge biasa
diperbolehkan untuk dilakukan biopsy puting. Sebuah potongan nipple /areola
complex bisa dieksisi dalam lokal anatesi dengan tepi minimal
10.
Penatalaksanaan
Adanya
beberapa cara pengobatan kanker payudara yang penerapannya tergantung pada
stadium klinik payudara. Pengobatan kanker payudara biasanya meliputi
pembedahan/ operasi, radioterapi/ penyinaran, kemoterapi, dan terapi hormonal.
Penatalaksanaan medis biasanya tidak dalam bentuk tunggal, tetapi dalam
beberapa kombinasi.
1) Pembedahan
Pembedahan dilakukan
untuk mengangkat sebagian atau seluruh payudara yang terserang kanker payudara.
Pembedahan paling utama dilakukan pada kanker payudara stadium I dan II.
Pembedahan dapat bersifat kuratif (menyembuhkan) maupun paliatif (menghilangkan
gejala-gejala penyakit). Tindakan pembedahan atau operasi kanker payudara dapat
dilakukan dengan cara :
a) Mastectomy
radikal yang dimodifikasi
Pengangkatan payudara
sepanjang nodu limfe axila sampai otot pectoralis mayor. Lapisan otot
pectoralis mayor tidak diangkat namun otot pectoralis minor bisa jadi diangkat
atau tidak diangkat.
b) Mastectomy
total
Semua jaringan payudara
termasuk puting dan areola dan lapisan otot pectoralis mayor diangkat. Nodus
axila tidak disayat dan lapisan otot dinding dada tidak diangkat.
c) Lumpectomy/tumor
Pengangkatan tumor
dimana lapisan mayor dari payudara tidak turut diangkat. Exsisi dilakukan
dengan sedikitnya 3 cm jaringan payudara normal yang berada di sekitar tumor
tersebut.
d) Wide
excision/mastektomy parsial.
Exisisi tumor dengan 12
tepi dari jaringan payudara normal.
e) Ouadranectomy.
Pengangkatan dan
payudara dengan kulit yang ada dan lapisan otot pectoralis mayor.
2) Radioterapi
Biasanya
merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula merupakan
therapi tunggal. Adapun efek samping: kerusakan kulit di sekitarnya, kelelahan,
nyeri karena inflamasi pada nervus atau otot pectoralis, radang tenggorokan.
3) Kemoterapi
Pemberian
obat-obatan anti kanker yang sudah menyebar dalam aliran darah. Efek samping:
lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan membuat, mudah terserang
penyakit.
4) Terapi
Hormonal
Biasanya
dengan obat golongan tamoxifen untuk kanker yang sudah bermetastase. Dapat juga
dengan dilakukan bilateral oophorectomy. Dapat juga digabung dengan therapi
endokrin lainnya.
11.
Pencegahan
Pencegahan
kanker payudara adalah pencegahan yang bertujuan menurunkan insidens kanker
payudara dan secara tidak langsung akan menurun angka kematian akibat kanker
payudara.
a. Pencegahan
primodial
Yaitu
upaya pencegahan yang ditujukan kepada orang sehat yang memiliki faktor resiko.
Upaya yang dimaksudkan dengan menciptakan kondisi pada masyarakat yang
memungkinkan kanker payudara tidak mendapat dukungan dasar dari kebiasaan, gaya
hidup dan faktor resiko lainnya. Pencegahan primodial dilakukan melalui promosi
kesehatan yang ditunjukan pada orang sehat melalui upaya pola hidup sehat.
b. Pencegahan
Primer
Pencegahan
primer pada kanker payudara dilakukan pada orang sehat yang sudah memiliki
faktor resiko untuk terkena kanker payudara. Pencegahan primer dilakukan melalui
upaya menghindari diri dari keterpaparan berbagai faktor resiko dan
melaksanakan pola hidup sehat. Konsep dasar dari pencegahan primer adalah
menurunkan insiden kanker payudara yang dapat dilakukan dengan :
1) Mengurangi
makanan yang mengandung lemak tinggi.
2) Memperbanyak
aktivitas fisik dengan berolahraga.
3) Menghindari
terlalu banyak terkena sinar X atau jenis radiasi lainnya.
4) Mengkonsumsi
makanan yang mengandung banyak serat.Serat akan menyerap zat-zat yang bersifat
karsinigen dan lemak, yang kemudian membawanya keluar melalui feces.
5) Mengkonsumsi
produk kedelai serta produk olahan seperti tahu atau tempe. Kedelai mengandung
flonoid yang berguna untuk mencegah kanker dan genestein yang berfungsi sebagai
ektrogen nabati (fitoestrogen). Ektrogen nabati ini akan menempel pada reseptor
estrogen sel-sel epitel saluran kelenjer susu, sehingga akan menghalangi
estrogen asli untuk menempel pada saluran susu yang akan merangsang tumbuhnya
sel kanker.
6) Memperbanyak
mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran, terutama yang mengandung vitamin C, zat
antioksidan dan fitokimia, seperti jeruk, wortel, tomat, labu, pepaya, mangga,
brokoli, lobak, kangkung, kacang-kacangan dan biji-bijian.
c. Pencegahan
Sekunder
Pencegahan
sekunder ditujukan untuk mengobati para penderita dan mengurangi akibat-akibat
yang lebih serius dari penyakit kanker payudara melalui diagnosa dan deteksi
dini dan pemberian pengobata
Hampir
setiap kanker payudara ditemukan pertama kali oleh penderita sendiri dari pada
oleh dokter. Karena itu, wankita hares mewaspadai setiap [perubahan yang
terjadi pada payudara. Untuk mengetahui perubahan-perubahantersebut dilakukan
pemeriksaan sederhana yang disebut pemeriksaan payudar sendiri (SADARI).
SADARI
sebaiknya dilakukan setiap bulan secara teratur. Cara ini sangat efektif di
Indonesia karena tidak semua rumah sakit menyediakan fasilitas pemeriksaan
memadai. Kebiasaan ini memudahkan kita untuk menemukan perubahan pada payudara
dan bulan ke bulan. Pemeriksaan optimum dilakukan pada sekitar 7-14 hari
setelah awal siklus menstruasi karena pada masa itu retensi cairan minimal dan
payudara dalam keadaan lembut dan tidak membengkak sehingga jika ada
pembengkakan akan lebih mudah ditemukan.
Daftar Pustaka
Brunner
& Suddarth. (2001). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah Vol 1 .Jakarta : EGC
Brunner
& Suddarth.(2001). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah Vol 2 .Jakarta : EGC.
Closkey
,Joane C. Mc, Gloria M. Bulechek.(1996). Nursing
Interventions Classification (NIC). St. Louis :Mosby Year-Book.
Donengoes
Marilynn E.(2000). Rencana Asuhan
Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien
Edisi 3. Jakarta: EGC.
Johnson,Marion,
dkk. (2000). Nursing Outcome
Classifications (NOC). St. Louis :Mosby Year-Book
Juall,Lynda,Carpenito
Moyet. (2003). Buku Saku Diagnosis
Keperawatan edisi 10. Jakarta:EGC
Mansjoer,
Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran
Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius
Marilyan,
Doenges E. (2000). Rencana Asuhan
Keperawatan (Pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien) .Jakarta : EGC
Nugroho
,Taufan. (2011). Asuhan Keperawatan
Maternitas,Anak, Bedah, dan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika.
Price
Sylvia, A (1994). Patofisiologi: Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 . Edisi 4. Jakarta. EGC.
Rahayu
Wahyu .(2011). Menggali,Mencegah dan
mengobati 35 jenis kanker. Jakarta : Victory Inti Cipta.
Rasjidi
Iman .(2009). Deteksi Dini dan Pencegahan
Kanker. Jakarta : CV Sagung Seto.
Sjamsuhidajat
R.(1997). Buku Ajar Ilmu Bedah,Edisi
Revisi. Jakarta : ECG.
Sjamsulhidayat,
R. dan Wim de Jong. (1998). Buku Ajar Imu
Bedah, Edisi revisi. EGC : Jakarta.
Smeltzer,
Suzanne C. and Brenda G. Bare. (2002). Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah : Brunner Suddarth, Vol. 2. Jakarta : EGC.
Wiley
dan Blacwell. (2009). Nursing Diagnoses:
Definition & Classification 2009-2011, NANDA.Singapura:Markono print
Media Pte Ltd.
No comments:
Post a Comment