Friday, October 5, 2018

Infeksi Post Partum dan Konsep Asuhan Keperawatan


Hasil gambar untuk infeksi post partum
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang        
Infeksi postpartum adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi sesudah melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai 38 derajat selsius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama. Kasus infeksi pada post partum sering terjadi. Pada dasarnya prognosisnya baik bila diatasi dengan pengobatan yang sesuai. Septikemia  merupakan infeksi paling berat dengan mortalitas tinggi, diikuti peritonitis umum dan piemia.
Infeksi nifas merupakan morbiditas dan mortalitas bagi ibu pasca bersalin. Derajat komplikasi masa nifas bervariasi. Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode masa nifas karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayi. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama pasca persalinan (Saifuddin, 2006).
Penanganan umum selama masa nifas antara lain antisipasi setiap kondisi (faktor predisposisi dan masalah dalam proses persalinan) yang dapat berlanjut menjadi penyulit atau komplikasi dalam masa nifas, memberikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang mengalami infeksi nifas, melanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah atau infeksi yang dikenali pada saat kehamilan maupun persalinan, jangan pulangkan penderita apabila masa kritis belum terlampau, memberi catatan atau intruksi untuk asuhan mandiri di rumah, gejala-gejala yang harus diwaspadai dan harus mendapat pertolongan dengan segera serta memberikan hidrasi oral atau IV secukupnya (Saifuddin, 2006).
B.     Tujuan
1.      Tujuan Umum
Untuk memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan infeksi nifas.

2.      Tujuan Khusus
a.       Untuk mengetahui tentang konsep dasar teori dari infeksi nifas.
b.      Untuk mengetahui asuhan keperawatan teoritis pada pasien dengan infeksi nifas yang meliputi pengkajian, diagnosa, dan intervensi keperawatan.
C.    Manfaat
Manfaat yang diharapkan dengan diperolehnya materi-materi pada makalah ini adalah:
1.      Sebagai suatu sarana untuk meningkatkan pengetahuan yang telah didapat dari materi asuhan keperawatan pada infeksi post partum.
2.      Sebagai masukan bagi semua mahasiswa dalam upaya menjelaskan maupun berdiskusi dalam perkuliahan.



BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.    Definisi
Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi sesudah melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai 38 derajat selsius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama. Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa ini membutuhkan waktu sekitar enam minggu (Fairer, Helen, 2001)
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira enam minggu (Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2001)
Masa nifas atau masa puerperium mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira enam minggu (Wiknjosastro, Hanifa, 1999). Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil, lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu (Mochtar, Rustam, 1998)
Infeksi nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus genetalis setelah persalinan. Suhu 38°C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2-10 postpartum dan diukur peroral sedikitnya empat kali sehari.

B.     Etiologi
Organisme yang menyerang bekas implantasi plasenta atau laserasi akibat persalinan adalah penghuni normal serviks dan jalan lahir, mungkin juga dari luar. Biasanya lebih dari satu spesies. Kuman anaerob adalah kokus gram positif (peptostreptokok, peptokok, bakteriodes dan clostridium). Kuman aerob adalah berbagai macam gram positif dan E. coli. Mikoplasma dalam laporan terakhir mungkin memegang peran penting sebagai etiologi infeksi nifas.

Ekssogen : kuman datang dari luar.
Autogen : kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh.
Endogen : dari jalan lahir sendiri
1.      Faktor Presipitasi Infeksi Post Partum
Penyebab dari infeksi postpartum ini melibatkan mikroorganisme anaerob dan aerob patogen yang merupakan flora normal serviks dan jalan lahir atau mungkin juga dari luar. Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50% adalah streptococcus dan anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir. Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi postpartum antara lain :
a.       Streptococcus Haematilicus Aerobic
Streptococcus Haematilicus Aerobic merupakan sebab infeksi yang paling berat. Infeksi ini biasanya eksogen (dari penderita lain, alat atau kain yang tidak steril, infeksi tenggorokan orang lain).
b.      Staphylococcus Aurelis
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi dirumah sakit.
c.       Escherichia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi terbatas.
d.      Clostridium Welchii
Kuman anaerob yang sangat berbahaya, sering ditemukan pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit.
2.      Faktor Predisposisi
a.       Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, seperti perdarahan, dan kurang gizi atau malnutrisi
b.      Anemia, hiegine, kelelahan
c.       Partus lama, terutama partus dengan ketuban pecah lama
d.      Tindakan bedah vaginal yang menyebabkan perlukaan jalan lahir
e.       Tertinggal sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah
f.       Partus lama/macet, korioamnionitis, persalinan traumatik, kurang baiknya pencegahan infeksi, manipulasi yang berlebihan, dapat berlanjut ke infeksi dalam masa nifas

C.    Manifestasi klinis
Infeksi postpartum dapat dibagi atas 2 golongan, yaitu :
1.      Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan endometrium.
a.       Gejalanya berupa rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi, kadang-kadang perih saat kencing.
b.      Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaannya tidak berat, suhu sekitar 38 derajat selsius dan nadi dibawah 100 per menit. Bila luka yang terinfeksi, tertutup jahitan dan getah radang tidak dapat keluar, demam bisa naik sampai 39-40 derajat selsius, kadang-kadang disertai menggigil.
2.      Penyebaran dari tempat-tempat tersebut melalui vena-vena, jalan limfe dan permukaan endometrium.
a.       Endometritis:
1)      Kadang-kadang lokia tertahan dalam uterus oleh darah, sisa plasenta dan selaput ketuban yang disebut lokiometra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu.
2)      Uterus agak membesar, nyeri pada perabaan dan lembek.
b.      Septikemia :
1)      Sejak permulaan, pasien sudah sakit dan lemah.
2)      Sampai 3 hari pasca persalinan suhu meningkat dengan cepat, biasanya disertai menggigil.
3)      Suhu sekitar 39-40 derajat selsius, keadaan umum cepat memburuk, nadi cepat (140-160 kali per menit atau lebih).
4)      Pasien dapat meninggal dalam 6-7 hari pasca persalinan.
c.       Piemia :
1)      Tidak lama pasca persalinan, pasien sudah merasa sakit, perut nyeri dan suhu agak meningkat.
2)      Gejala infeksi umum dengan suhu tinggi serta menggigil terjadi setelah kuman dengan emboli memasuki peredaran darah umum.
3)      Ciri khasnya adalah berulang-ulang suhu meningkat dengan cepat disertai menggigil lalu diikuti oleh turunnya suhu.
4)      Lambat laun timbul gejala abses paru, pneumonia dan pleuritis.
d.      Peritonitis :
1)      Pada peritonotis umum terjadi peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, dan ada defense musculaire.
2)      Muka yang semula kemerah-merahan menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin; terdapat fasies hippocratica.
3)      Pada peritonitis yang terbatas didaerah pelvis, gejala tidak seberat peritonitis umum.
4)      Peritonitis yang terbatas : pasien demam, perut bawah nyeri tetapi keadaan umum tidak baik.
5)      Bisa terdapat pembentukan abses.
e.       Selulitis pelvik :
1)      Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai rasa nyeri di kiri atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, patut dicurigai adanya selulitis pelvika.
2)      Gejala akan semakin lebih jelas pada perkembangannya.
3)      Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus.
4)      Di tengah jaringan yang meradang itu bisa timbul abses dimana suhu yang mula-mula tinggi menetap, menjadi naik turun disertai menggigil.
5)      Pasien tampak sakit, nadi cepat, dan nyeri perut.



D.    Patologi
Setelah kala III, daerah bekas insertio plasenta merupakan sebuah luka dengan diameter kira-kira 4 cm, permukaan tidak rata, berbenjol-benjol karena banyaknya vena yang ditutupi trombus dan merupakan area yang baik untuk tumbuhnya kuman-kuman dan masuknya jenis-jenis yang patogen dalam tubuh wanita. Serviks sering mengalami perlukaan pada persalinanan, begitu juga vulva, vagina, perineum merupakan tempat masuknya kuman patogen. Proses radang dapat terbatas pada luka-luka tersebut atau dapat menyebar di luar luka asalnya.
1.      Infeksi pada Perineum, Vulva, Vagina, Serviks dan Endometrium
a.       Vulvitis.
Pada infeksi bekas sayatan episiotomi atau luka perineum jaringan sekitar membengkak, tepi luka menjadi merah dan bengkak, jahitan mudah terlepas, luka yang terbuka menjadi ulkus dan megeluarkan pus.
b.      Vaginitis.
Dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau melalui luka perineum, permukaan mokusa membengkak dan kemerahan, terjadi ulkus dan getah mengandung nanah yang keluar dari daerah ulkus.
c.       Sevicitis.
Sering terjadi tapi tidak menimbulkan banyak gejala. Luka serviks yang dalam dan meluas dan langsung ke dasar ligamentum latum dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke parametrium.
d.      Endometritis.
Paling sering terjadi. Kuman–kuman memasuki endometrium (biasanya pada luka insertio plasenta) dalam waktu singkat dan menyebar ke seluruh endometrium. Pada infeksi setempat, radang terbatas pada endometrium. Jaringan desidua bersama bekuan darah menjadi nekrosis dan mengeluarkan getah berbau yang terdiri atas keping-keping nekrotis dan cairan. Pada infeksi yang lebih berat batas endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran.
2.      Penyebaran dari tempat-tempat melalui vena, jalan limfe dan melalui permukaan endometrium.
a.       Penyebaran melalui pembuluh darah (Septikemia dan Piemia)
Merupakan infeksi umum disebabkan oleh kuman patogen Streptococcus Hemolitikus Golongan A. Infeksi ini sangat berbahaya dan merupakan 50% dari semua kematian karena infeksi nifas.
b.      Penyebaran melalui jalan limfe seperti peritonitis dan parametritis (Sellulitis Pelvika)
c.       Penyebaran melalui permukaan endometrium. salfingitis dan ooforitis.
Apabila timbul demam post partum kita harus mencurigai kemungkinan infeksi uterus. Demam mungkin setara dengan luas infeksi, dan apabila terbatas di endometrium (desidua) dan miometrium superficial, kasus biasanya ringan dan demamnya minimal. Biasanya suhu lebih dari 38°C sampai 39°C. Demam dapat disertai menggigil dan mengisyaratkan adanya bakterimia, yang terbukti yang terjadi pada 10-20 % wanita dengan infeksi panggul setelah seksio sesaria. Denyut nadi biasanya mengikuti kurva suhu.
Wanita yang bersangkutan biasanya mengeluh nyeri abdomen, dan pada pemeriksaan abdomen dan bimanual di jumpai nyeri tekan parametrium. Karena nyeri insisi, nyeri tekan abdomen dan fundus uterus mungkin lebih bermanfaat untuk memastikan diagnosis metrititis setelah perlahiran pervaginam daripada seksio sesaria. Bahkan pada tahap awal sudah dapat timbuh duh berbau; namun, pada banyak wanita dijumpai lokea berbau tidak enak tanpa tanda-tanda infeksi yang lain. Sebagian infeksi dan terutama yang disebabkan oleh streptokokus β hemolitikus grup A, sering disertai dengan lokea yang sedikit dan tidak berbau. Lekositosis dapat berkisar dari 15000-30000 sel/μl. Rata-rata peningkatan hitung leukosit post partum adalah 22% (Hartmann dkk.,2000).
Dengan demikian, setelah mengeksklusi kausa lain, demam merupakan kriteria terpenting untuk diagnosis metrititis post partum. Apabila proses terbatas diuterus, sushu dapat kembali ke normal tanpa terapi antimikroba. Memang metritis local mungkin salah didiagnosis sebagai infeksi saluran kemih, pembengkakan payudara, atau atelektaksisi paru. Tanpa terapi, selulitis uterus dan panggul akan memburuk: namun, dengan terapi antimikroba yang sesuai penyebuhan biasanya cepet terjadi.

Presdisposisi
Anemia, Preeklamsi, KPD
 

Presipitasi
Bakteri, dan Kuman

 
 
 


 







 

E.     Penatalaksanaan Infeksi Nifas
1.      Pencegahan Infeksi Nifas :
a.         Anemia diperbaiki selama kehamilan. Berikan diet yang baik. Koitus pada kehamilan tua sebaiknya dilarang.
b.         Membatasi masuknya kuman di jalan lahir selama persalinan. Jaga persalinan agar tidak berlarut-larut. Selesaikan persalinan dengan trauma sesedikit mungkin. Cegah perdarahan banyak dan penularan penyakit dari petugas dalam kamar bersalin. Alat-alat persalinan harus steril dan lakukan pemeriksaan hanya bila perlu dan atas indikasi yang tepat.
c.         Selama nifas, rawat higiene perlukaan jalan lahir. Jangan merawat pasien dengan tanda-tanda infeksi nifas bersama dengan wanita sehat yang berada dalam masa nifas.
d.        Perawatan luka post partum dengan teknik aseptik. Semua alat dan kain yang berhubungan dengan daerah genital harus suci hama. Penderita dengan tanda infeksi nifas jangan digabung dengan wanita dalam nifas yang sehat.
2.      Penanganan Infeksi Nifas :
a.         Suhu harus diukur dari mulut sedikitnya 4 kali sehari.
b.        Berikan terapi antibiotik.
c.         Perhatikan diet.
d.        Lakukan transfusi darah bila perlu.
e.         Hati-hati bila ada abses, jaga supaya naanah tidak masuk ke dalam rongga perineum.
3.      Penanganan Umum
a.       Antisipasi setiap kondisi (faktor predisposisi dan masalah dalam proses persalinan) yang dapat berlanjut menjadi penyulit/komplikasi dalam masa nifas.
b.      Berikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang mengalami infeksi nifas.
c.       Lanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah atau infeksi yang dikenali pada saat kehamilan ataupun persalinan.
d.      Jangan pulangkan penderita apabila masa kritis belum terlampaui.
e.       Beri catatan atau instruksi tertulis untuk asuhan mandiri di rumah dan gejala-gejala yang harus diwaspadai dan harus mendapat pertolongan dengan segera.
f.       Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi bayi baru lahir, dari ibu yang mengalami infeksi pada saat persalinan. Dan Berikan hidrasi oral/IV secukupnya.
b.      Pengobatan secara umum
a.       Sebaiknya segera dilakukan pembiakan (kultur) dan sekret vagina, luka operasi dan darah serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang tepat dalam pengobatan.,
b.      Berikan dalam dosis yang cukup dan adekuat.
c.       Karena hasil pemeriksaan memerlukan waktu, maka berikan antibiotika spektrum luas (broad spektrum) menunggu hasil laboratorium.
d.      Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita, infus atau transfusi darah diberikan, perawatan lainnya sesuai dengan komplikasi yang dijumpai



BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A.    PENGKAJIAN
1.      Identitas Klien
2.      Riwayat Kesehatan
3.      Riwayat Kesehatan Dahulu
Kemungkinan klien pernah menderita infeksi tenggorokan
4.      Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien mengeluh badan lemah, demam, nadi cepat, nafas sesak, badan menggigil, gelisah, nyeri pada daerah luka operasi
5.      Riwayat Kesehatan Keluarga
Kemungkinan salah satu anggota keluarga ada yang menderita infeksi tenggorokan
6.      Pemeriksaan Fisik
a.       Aktivitas / istirahat
Biasanya klien mengeluh malaise, letargi, kelelahan / keletihan yang terus menerus (persalinan lama, stressor pasca partum multiple)
b.      Sirkulasi
Biasanya tachikardi dari berat sampai bervariasi
c.       Eliminasi
Biasanya BAB klien diare / konstipasi
d.      Makanan / Cairan
Biasanya anoreksia, mual / muntah, haus, membran mukosa kering, distensi abdomen, kekakuan, nyeri lepas
e.       Neurosensori
Biasanya klien mengeluh sakit kepala
f.       Pernafasan
Biasanya pernafasan cepat / dangkal
g.      Nyeri / Ketidaknyamanan
Biasanya nyeri abdomen bawah / uteri, nyeri tekan / nyeri local, disuria, ketidaknyamanan abdomen, sakit kepala
h.      Integritas Ego
Biasanya klien ansietas, gelisah
i.        Keamanan
Biasanya terjadi peningkatan suhu tubuh yang merupakan tanda infeksi dan dapat pula terjadi menggigil berat atau berulang
j.        Seksualitas
Biasanya pecah ketuban dini / lama, persalinan lama, subinvolusi uterus mungkin ada, lochea bau busuk dan banyak / berlebihan, tepi insisi kemerahan, edema, keras, nyeri tekan / memisah dengan drainase purulen
k.      Kebiasaan Sehari – hari
§  Kebiasaan perorangan
Biasanya kebersihan perorangan tidak terjaga sehingga kuman – kuman mudah masuk / pathogen ada dalam tubuh
§  Makan / Minum
Biasanya klien mengeluh anoreksia, mual / muntah, sering merasa haus
§  Tidur
Biasanya tidur klien mengalami gangguan karena suhu badan meningkat dan badan menggigil
l.        Data Sosial Ekonomi
Biasanya penyakit ini banyak ditemukan pada ekonomi rendah dengan stressor bersamaan
m.    Data Psikologis
Biasanya klien dengan penyakit ini gelisah karena terjadinya peningkatan suhu tubuh dan nyeri tekan pada abdomen



7.      Head to Toe
a.       Payudara dan putting susu
1)      Simetris/tidak
2)      Konsistensi ada pembengkakan/tidak
3)      Puting menonjol/tidak, lecet/tidak
b.      Abdomen
1)      Uterus
Normal :
a)      Kokoh, berkontraksi baik
b)      Tidak berada diatas ketinggian fundal saat masa nifas segera.
Abnormal :
a)      Lembek
b)      Diatas ketinggian fundal saat masa nifas segera.
2)      Kandung kemih : bisa buang air/tak bisa buang air
c.       Keadaan Genitalia
1)      Lochea
Normal :
a)      Merah hitam (lochea rubra)
b)       Bau biasa
c)      Tidak ada bekuan darah atau butir-butir darah beku
d)     Jumlah perdarahan yang ringan atau sedikit (hanya perlu mengganti pembalut setiap 3-5 jam)
Abnormal :
a)      Merah terang
b)      Bau busuk
c)      Mengeluarkan darah beku
d)     Perdarahan hebat yang memerlukan penggantian pembalut setiap 0-2 jam
2)      Perinium
Edema, inflamasi, hematoma, pus, bekas luka episiotomi/ robek, jahitan, memar, hemorrhoid (wasir/ambeyen).
3)      Keadaan anus : haemoroid
d.      Ekstremitas : varises, betis apakah lemah dan panas, edema, reflek
e.       Kulit : pasien biasanya dengan kulit kemerahan, bengkak

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis
2.      Hipertermi berhubungan dengan penyakit
3.      Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan pemajanan terhadap patogen
4.      Ansietas berhubungan dengan infeksi
5.      Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kesalahan intepretasi informasi

C.     INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NOC
NIC
Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis
Tujuan : Rasa nyaman nyeri dapat teratasi
Kriteria Hasil:
a.       Mampu mengontrol nyeri
b.      Mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri
c.       Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

a.       Kaji lokasi dan sifat ketidaknyamanan / nyeri
b.      Berikan instruksi mengenal nyeri (skala, intensitas, frekuensi)
c.       Instruksikan klien dalam melakukan teknik relaksasi, memberikan aktivitas pengalihan seperti : radio, televisi, membaca
d.      Kurangi faktor presipitasi nyeri
e.       Kolaborasi : 
1)      Berikan analgetik / antipiretik
2)      Berikan kompres panas local
3)      Jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
f.       Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
g.      Tingkatkan istirahat
h.      Monitor penerimaan pasien tetang manjemen nyeri
Hipertermi berhubungan dengan penyakit

Tujuan : Suhu tubuh normal
Kriteria :
a.       Tidak ada tanda – tanda peningkatan suhu tubuh
b.      TTV dalam batas normal
a.       Monitor suhu sesering mungkin
b.      Monitor warna dan suhu kulit
c.       Monitor TTV
d.      Monitor penurunan tingkat kesadaran
e.       Monitor intake dan output
f.       Kompres hangat
g.      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antipiretik dan antibiotic
h.      Tingkatkan sirkulasi udara
i.        Anjurkan untuk banyak minum air putih
Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan pemajaman terhadap patogen
Tujuan : Klien akan mengambil tindakan untuk mencegah / menurunkan resiko penyebaran infeksi
Kriteria :
a.       Suhu tubuh dalam batas normal
b.      Lekosit dalam batas normal
c.       Pengetahuan meningkat mengenai resiko infeksi dan pencegahannya
a.       Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi
b.      Awasi suhu sesuai indikasi
c.       Pertahankan kebijakan mencuci tangan dengan ketat untuk staf, klien dan pengunjung
d.      Anjurkan/ demonstrasikan pembersihan perineum yang benar setelah berkemih, defekasi dan sering ganti balutan 
e.       Demonstrasikan masase fundus yang tepat 
f.       Monitor TTV 
g.      Observasi tanda infeksi lain 
h.      Kolaborasi : Pantau pemeriksaan laboraturium
Ansietas berhubungan dengan infeksi
Tujuan : Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya    dan mengatakan perasaan cemas berkurang atau hilang
Kriteria :
a.       Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas
b.      Vital sign normal
c.       Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh menunjukkan berkurangnya kecemasan

a.       Gunakan pendekatan yang menyenangkan
b.      Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan
c.       Kaji respon fisiologis klien (tacikardia, takipnea, gemetar )
d.      Perlakukan pasien secara lembut, empati, serta sikap mendukung
e.       Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan
f.       Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya
g.      Kaji mekanisme koping yang digunakan klien
h.      Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
i.        Dorong keluarga untuk menemani anak
j.        Dengarkan dengan penuh perhatian
k.      Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
l.        Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
m.    Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
n.      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat untuk mengurangi kecemasan
Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kesalahan intepretasi informasi
Tujuan : Pasien dan keluarga paham tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan
Kriteria :
a.       Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
b.      Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/ tim kesehatan lainnya
a.       Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik
b.      Jelaskan patofisiologi dari penyakit
c.       Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
d.      Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
e.       Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi
f.       Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien
g.      Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
h.      Diskusikan pilihan terapi atau penanganan



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Infeksi postpartum adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi sesudah melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai 38°C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama. Ini disebakan oleh kuman aerob juga kuman anaerob. Infeksi bisa terjadi melalui tangan penderita, droplet infeksion, infeksi rumah sakit (hospital infection), dalam rumah sakit, dan Koitus karena ketuban pecah. Manifestasi yang muncul bergantung pada tempat-tempat infeksi, ada infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan endometrium kemudian bisa menyebar dari tempat-tempat tersebut melalui vena-vena, jalan limfe dan permukaan endometrium. Bila menyebar maka manifestasi yang muncul juga dapat memperburuk keadaan penderita.
Peristiwa terjadinya infeksi setelah persalinan yaitu dimana sewaktu persalinan, bakteri yang mengkoloni servik dan vagina memperoleh akses ke cairan amnion, dan post partum bakteri-bakteri ini akan menginvasi jaringan mati di tempat histerektomi. Kemudian terjadi seluletis para metrium dengan infeksi jaringan ikat fibroareolar retroperitonium panggul. Hal ini dapat disebabkan oleh penyebaran limfogen ogranisme dari tempat laserasi servik atau insisi/ laserasi uterus yang terinfeksi. Dengan ini dapat mengakibatkan berbagai masalah keperawatan seperti hipertemi dan nyeri, dan untuk intervensi keperawatannya merujuk pada diagnose NANDA, NIC dan NOC.
B.     Saran
1.      Bagi Mahasiswa
Dengan makalah ini penulis berharap, mahasiswa dapat memahami konsep teori beserta asuhan keperawatan pada infeksi post partum, karena infeksi post partum rentan ditemui terutama pada wanita yang mengalami gangguan pada sistem imun, sebagai tim medis harus berusaha semaksimal mungkin untuk mencegah terjadinya infeksi pada post partum, sehingga secara tidak langsung dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas.
2.      Bagi Petugas–petugas Kesehatan
Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang keperawatan sehingga dapat memaksimalkan kita untuk memberikan health education dalam perawatan luka perineum untuk mencegah infeksi.



DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lowdermilk, Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Krisnadi, Sofie R. 2005. Patologi Nifas. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
NANDA, NIC-NOC, 2013
Saifuddin, Bari. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Sitti Saleha. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika


No comments:

Post a Comment