Friday, October 5, 2018

Emboli Cairan Ketuban dan Konsep Asuhan Keperawatan


BAB I
 PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sindrom cairan ketuban adalah sebuah gangguan langka dimana sejumlah besar cairan ketuban tiba – tiba memasuki aliran darah. Cairan ketuban berisi sampah yang dapat menghambat pembuluh darah dan mencairkan darah yang mempengaruhi koagulasi. Hal ini dapat terjadi bila ada buakaan pada dinding pembuluh darah dan dapat terjadi jika kelahiran melibatkan tenaga, wanita tua, sindrom janin mati atau bayi besar. Kondisi ini dapat mengakibatkan kematian ibu cepat.
Kasus EAK yang paling sering terjadi saat persalinan baik pervaginam maupun sesar,tidak ada yang bisa aman 100% dari resiko EAK.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan emboli cairan ketuban
2.      Bagaimana etiologi emboli cairan ketuban
3.      Apa saja faktor resiko emboli cairan ketuban
4.      Bagaimana epidemiologi emboli cairan ketuban
5.      Apa saja tanda dan gejala emboli cairan ketuban
6.      Bagaimana patofisiologi emboli cairan ketuban
7.      Apa saja komplikasi emboli cairan ketuban
8.      Bagaimana penatalaksanaan emboli cairan ketuban
9.      Bagaimana konsep asuhan keperawatan emboli cairan ketuban
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian emboli cairan ketuban
2.      Untuk mengetahui etiologi emboli cairan ketuban
3.      Untuk mengetahui faktor resiko emboli cairan ketuban
4.      Untuk mengetahui epidemiologi emboli cairan ketuban
5.      Untuk mengetahui tanda dan gejala emboli cairan ketuban
6.      Untuk mengetahui patofisiologi emboli cairan ketuban
7.      Untuk mengetahui komplikasi emboli cairan ketuban
8.      Untuk mengetahui penatalaksanaan emboli cairan ketuban
9.      Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan emboli cairan ketuban
BAB II
 TINJAUAN TEORI

A.    PENGERTIAN
Emboli cairan ketuban merupakan sindrom dimana setelah jumlah besar cairan ketuban memasuki sirkulasi darah maternal,tiba- tiba terjadi gangguan pernapasan yang akut dan shock.Dua puluh lima persen wanita yang menderita keadaan ini meninggal dunia dalam waktu 1 jam.Emboli cairan ketuban jarang dijumpai.Kemungkinan banyak kasus tidak terdiagnosis,diagnosis yang dibuat adalah shock obstetric,pendarahan postpartum atau edema pulmoner akut.
Emboli cairan ketuban ditemukan oleh Meyer pada tahun 1926 dari hasil pemeriksaan postmortem.Pada tahun 1947 diuraikan sindrom klinisnya oleh Steiner dan Lusbaugh.Mereka memperlihatkan bahwa masuknya cairan ketuban dalam jumlah yang cukup banyak secara mendadak ke dalam sirkulasi darah maternal akan membawa kematian ( fatal).

B.     ETIOLOGI
1.      Multiparitas dan Usia lebih dari 30 tahun
Shock yang dalam yang terjadi secara tiba – tiba tanpa diduga pada wanita yang proses persalinanya sulit atau baru saja menyelesaikan persalinan yang sulit . Khususnya kalau wanita itu multipara berusia lanjut dengan janin yang amat besar , mungkin sudah meningal dengan meconium dalam cairan ketuban, harus menimbulkan kecurigaan, pada kemungkinan ini ( emboli cairan ketuban ) .
2.      Janin besar intrauteri
Menyebabkan rupture uteri saat persalinan, sehingga cairan ketuban pun dapat masuk melalui pembuluh darah.
3.      Kematian janin intrauteri
Juga akan menyebabkan perdarahan didalam, sehingga kemungkinan besar akan ketuban pecah dan memasuki pembuluh darah ibu, dan akan menyubat aliran darah ibu, sehingga lama kelamaan ibu akan mengalami gangguan pernapasan karena cairan ketuban menyubat aliran ke paru, yang lama kelamaan akan menyumbat aliran darah ke jantung, dengan ini bila tidak tangani dengan segera dapat menyebabkan iskemik bahkan kematian mendadak.
4.      Menconium dalam cairan ketuban
5.      Kontraksi uterus yang kuat
Kontraksi uterus yang sangat kuat dapat memungkinkan terjadinya laserasi atau rupture uteri, hal ini juga menggambarkan pembukaan vena, dengan pembukaan vena, maka cairan ketuban dengan mudah masuk ke pembuluh darah ibu, yang nantinya akan menyumbat aliran darah, yang mengakibatkan hipoksia, dispue dan akan terjadi gangguan pola pernapasan pada ibu.
6.      Insidensi yang tinggi kelahiran dengan operasi
Dengan prosedur operasi tidak jauh dari adanya pembukaan pembuluh darah, dan hal ini dapat terjadi ketuban pecah dan masuk ke pembuluh darah ibu.

C.    FAKTOR RISIKO
Faktor risiko Antara lain:.
1.            Meningkatnya usia ibu
2.            Multiparitas (banyak anak)
3.            Adanya mekoneum
4.            Laserasi serviks
5.            Kematian janin dalam kandungan
6.            Kontraksi yang terlalu kuat
7.            Persalinan singkat
8.            Plasenta akreta
9.            Air Ketuban yang banyak
10.        Robeknya rahim
11.        Adanya riwayat alergi atau atopi pada ibu
12.        Adanya infeksi pada selaput ketuban
13.        Bayi besar
D.    EPIDEMIOLOGI
Emboli air ketuban adalah salah satu kondisi paling katastropik yang dapat terjadi dalam kehamilan.
Kondisi ini amat jarang 1 : 8000 – 1:30.000 dan samapi saat ini mortalitas maternal dalam waktu 30 menit mencapai angka 85% meskipun telah diadakan perbaikan sarana ICU dan pemahaman mengenai hal – hal ynag dapat menurunkan mortalitas,kejadian ini masih tetap merupakan penyebab kematian ke III di Negara Berkembang.

E.     TANDA DAN GEJALA
Tanda-tanda dan gejala yang menunjukkan kemungkinan emboli cairan ketuban:
1.      Ketika mencapai paru – paru akan menyebabkan penyumbatan kapiler paru-paru yang menyebabkan gangguan pada proses respirasi,dengan gejala dispnea,takipnea,nyeri dada,sianosis,edema paru,dan syok.
2.      Dapat menyebabkan spasme kuat pembuluh kapiler paru lalun terjadi pengurangan cardiac output, hipertensi,bradikardi,serta nantinya akan berlanjut ke gagal jantung kanan akut dan hipoksemia.
3.      Berlanjut menjadi hilang kesadaran,hal ini sekitar 25-50% dapat menyebabkan kematian dalam beberapa jam pertama (kematian mendadak).
4.      Kematian sering terjadi pada emboli cairan amnion yang banyak mengandung debris partikel,misalnya: cairan amnion.Cepat lambatnya ibu meninggal bergantung pada jumlah cairan ketuban yang masuk ke sirkulasi ibu.
5.      Reaksi anafilaktik mungkin terjadi emboli yang berasal dari fetus merupakan benda asing di dalam tubuh ibu.
6.      Pendarahan hebat (HPP) akibat darah sulit membeku,karena adanya unsure tromboplastik dalam cairan amnion.Khususnya pendarahan pada traktus genetalis dan daerah yang mengalami trauma.
7.      Trombositopenia berat timbul dan khasnya darah sulit membeku bila diberi thrombin atau maksimal membentuk bekuan kecil lalu segera mengalami lisis sempurna.
8.      Tekanan darah turun secara signifikan dengan hilangnya diastolik pada saat pengukuran (Hipotensi )
9.      Dyspnea, Batuk
10.  Sianosis perifer dan perubahan pada membran mukosa akibat dari hipoksia.
11.  Janin Bradycardia sebagai respon terhadap hipoksia, denyut jantung janin dapat turun hingga kurang dari 110 denyut per menit (dpm). Jika penurunan ini berlangsung selama 10 menit atau lebih, itu adalah Bradycardia. Sebuah tingkat 60 bpm atau kurang lebih 3-5 menit mungkin menunjukkan Bradycardia terminal.
12.  Pulmonary edema, Cardiac arrest.
13.  Rahim atony: atony uterus biasanya mengakibatkan pendarahan yang berlebihan setelah melahirkan.Kegagalan rahim untuk menjadi perusahaan dengan pijat bimanual diagnostik.
14.  Koagulopati atau pendarahan parah karena tidak adanya penjelasan lain (DIC terjadi di 83% pasien.)
F.     PATOFISIOLOGI
Perjalanan cairan amnion memasuki sirkulasi ibu tidak jelas, mungkin melalui laserasi pada vena endoservikalis selama diatasi serviks, sinus vena subplasenta, dan laserasi pada segmen uterus bagian bawah. Kemungkinan saat persalinan, selaput ketuban pecah dan pembuluh darah ibu (terutama vena) terbuka.Akibat tekanan yang tinggi, antara lain karena rasa mulas yang luar biasa, air ketuban beserta komponennya berkemungkinan masuk ke dalam sirkulasi darah. Walaupun cairan amnion dapat masuk sirkulasi darah tanpa mengakibatkan masalah tapi pada beberapa ibu dapat terjadi respon inflamasi yang mengakibatkan kolaps cepat yang sama dengan syok anafilaksi atau syok sepsis. Selain itu, jika air ketuban tadi dapat menyumbat pembuluh darah di paru-paru ibu dan sumbatan di paru-paru meluas, lama kelamaan bisa menyumbat aliran darah ke jantung. Akibatnya, timbul dua gangguan sekaligus, yaitu pada jantung dan paru-paru.
Pada fase I, akibat dari menumpuknya air ketuban di paru-paru terjadi vasospasme arteri koroner dan arteri pulmonalis. Sehingga menyebabkan aliran darah ke jantung kiri berkurang dan curah jantung menurun akibat iskemia myocardium. Mengakibatkan gagal jantung kiri dan gangguan pernafasan.Perempuan yang selamat dari peristiwa ini mungkin memasuki fase II. Ini adalah fase perdarahan yang ditandai dengan pendarahan besar dengan rahim atony dan Coagulation Intaravakuler Diseminata ( DIC ). Masalah koagulasi sekunder mempengaruhi sekitar 40% ibu yang bertahan hidup dalam kejadian awal. Dalam hal ini masih belum jelas cara cairan amnion mencetuskan pembekuan. Kemungkinan terjadi akibat dari embolisme air ketuban atau kontaminasi dengan mekonium atau sel-sel gepeng menginduksi koagulasi intravaskuler.


G.    KOMPLIKASI
1.      Edema paru yang luas dan akhirnya mengakibatkan kegagalan dan payah jantung kanan.
2.      Iskemik
3.      Ganguan pembekuan darah.
H.    PENATALAKSANAAN
Walaupun pada awal perjalanan klinis emboli cairan amnion terjadi hipertensi sistemik dan pulmonal, fase ini bersifat sementara. Wanita yang dapat bertahan hidup setelah menjakani resusitasi jantung paru seyogyanya mendapat terapi yang ditujukan untuk oksigenasi dan membantu miokardium yang mengalami kegagalan. Tindakan yang menunjang sirkulasi serta pemberian darah dan komponen darah sangat penting dikerjakan. Belum ada data yang menyatakan bahwa suatu intervensi yang dapat mempermaiki prognosis ibu pada emboli cairan amnion. Wanita yang belum melahirkan dan mengalami henti jantung harus dipertimbangkan untuk melakukan tindakan seksio caesaria perimortem darurat sebagai upaya menyelamatkan janin. Namun, bagi ibu yang hemodinamikanya tidak stabil, tetapi belum mengalami henti jantung, pengambilan keputusan yang seperti itu menjadi semakin rumit.
1.      Terapi krusnal , meliputi : resusitasi , ventilasi , bantuan sirkulasi , koreksi defek yang khusus ( atonia uteri , defek koagulasi ).
2.      Penggatian cairan intravena & darah diperlukan untuk mengkoreksi hipovolemia & perdarahan .
3.      Oksitosin yang di tambahkan ke infus intravena membantu penanganan atonia uteri.
4.      Morfin ( 10 mg ) dapat membantu mengurangi dispnea dan ancietas .
5.      Heparin membantu dalam mencegah defibrinasi intravaskular dengan menghambat proses perbekuan.
6.      Amniofilin ( 250 – 500 mg ) melalui IV mungkin berguna bila ada bronkospasme ..
7.      Isoproternol menyebabkan vasodilatasi perifer, relaksi otot polos bronkus, dan peningkatan frekuensi dan kekuatan jantung. Obat ini di berikan perlahan – lahan melalui Iv untuk menyokong tekanan darah sistolik kira – kira 100 mmHg.
8.      Kortikosteroid secara IV mungkin bermanfaat .
9.      Heparin membantu dalam mencegah defibrinasi intravaskuler dengan menghambat proses pembekuan.
10.  Oksigen diberikan dengan tekanan untuk meningkatkan.
11.  Untuk memperbaiki defek koagulasi dapat digunakan plasma beku segar dan sedian Trombosit
12.  Defek koagulasi harus dikoreksi dengan menggunakan heparin / fibrinogen.
13.  Darah segar diberikan untuk memerangi kekurangan darah; perlu diperhatikan agar tidak menimbulkan pembebanan berlebihan dalam sirkulasi darah.
14.  Digitalis berhasiat kalau terdapat kegagalan jantung


















BAB III 
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A.    PENGKAJIAN
Pengkajian tehadap kesehatan pasien sangat diperlukan dalam menindaklanjuti suatu intervensi keperawatan kepada pasien. Dengan adanya pengkajian yang menyeluruh makaintervensi keperawatan kepada pasien akan semakin optimal, hal ini di awali dengan menetapkan kapan gejala mulai timbul, Menetapkan kapan gejala timbul, apa yang menjadi pencetusnya, apa yang dapat menghilangkan atau meringankan gejala tersebut dan apa yang memperburuk gejala adalah bagian dari pengkajian, juga mengidentifikasi setiap riwayat alergi atau adanya penyakit yang timbul bersamaan.
Anamnesa meliputi:
1.      Identitas pasien
Biasanya hal ini terjadi pada ibu yang hamil berusia 30 tahun
2.      Riwayat Sakit dan Kesehatan
Adanya pulmory edema, cardiac arrest, rahim atony,
3.      Pemeriksaan Fisik
Review Of System (ROS)
a.       B1 (BREATH) : Dyspnea, batuk
b.      B2 (BLOOD) : Sianosis perifer dan perubahan pada membran mukosa akibat dari hipoksia, Tekanan darah turun secara signifikan dengan hilangnya diastolik pada saat pengukuran ( Hipotensi )
c.       B3 (BRAIN) : kesadaran menurun
d.      B4 (BLADDER): oliguri,
e.       B5 (BOWEL) : -
f.       B6 (BONE) : -
B.     DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1.      Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan Vasospasme arteri pulmonalis
2.      Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan penurunan oksigen dalam udara inspirasi
3.      Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipoksia
4.      Kekurangan volume cairan behubungan dengan pendarahan

C.    INTERVENSI
Diagnosa
NOC
NIC
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan vasospasme arteri pulmonalis
NOC
1)      Respiratory status : gas exchange (status pernafasan : pertukaran gas)

Kriteria hasil:
a)    Tekanan parsial oksigen dalam darah arteri (po2)
b)   Tekanan parsial oksigen dalam darah arteri (pco2)
c)    Saturasi oksigen
d)   Keseimbangan ventilasi perfusi
e)    Dyspnea pada saat istirahat
f)    Sianosis



NIC
1)      Vital sign monitoring (monitor vital sign)
Tindakan keperawatan:
a)      Memonitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernafasan,

b)      Memonitor Denyut jantung
c)      Memonitor suara paru-paru
d)     Memonitor warna kulit
e)      Meniai CRT

2)      Respiratory monitoring (monitor pernafasan)
Tindakan keperawatan:
(a)     Memonitor tingkat, irama, kedalaman, dan respirasi
(b)   Memonitor gerakan dada
(c)     Monitor bunyi pernafasan  
(d)   Auskultasi bunyi paru
(e)    Memonitor dyspnea dan hal yang meningkatkan dan memperburuk  

Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan oksigen dalam udara inspirasi

NOC:
Respiratory status: Ventilation
Indikator :
a)      Rata- rata pernafasan
b)      Irama pernafasan
c)      Kedalaman inspirasi
d)     Bunyi perkusi
e)      Volume tidal
f)       Kapasitas vital
g)      Penggunaan otot bantu pernafasan
h)      Tidak ada bunyi nafas
i)        Dispnea
j)        Ortopnea
k)      Pengembangan dada yang tdak simetris

Respiratory status: Airway patency
Indikator :
a)         Tingkat pernafasan
b)        Irama pernafasan
c)         Kedalaman pernafasan
d)        Cemas
e)          takut
f)         Cuping hidung
g)        Batuk

Vital Sign Status
Indikator:
Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernapasan)


Airway Management
a)      Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw trust bila perlu
b)      Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
c)      Identifikasi pasien perlu pemasangan alat jalan napas buatan
d)     Lakukan fisioterapi dada bila perlu
e)      Auskultasi suara napas, catat bila ada suara tambahan
f)       Berikan bronkodilator bila perlu
g)      Monitor status respirasi

Oxygen Therapy
a)     Periksa mulut, hidung, dan sekret trakea
b)    Pertahankan jalan napas yang paten
c)     Atur peralatan oksigenasi
d)    Monitor aliran oksigen
e)     Pertahankan posisi pasien
f)     Observasi tanda-tanda hipoventilasi
g)    Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi

Vital Sign Monitoring
a)    Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
b)   Monitor vital sign saat pasien berbaring, duduk, dan berdiri
c)    Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
d)   Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
e)    Monitor kualitas dari nadi
f)    Monitor frekuensi dan irama pernapasan
g)   Monitor pola pernapasan abnormal
h)   Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
i)     Monitor sianosis perifer
j)     Monitor adanya cushling triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
k)   Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d hipoksia

NOC
a.       Status sirkulasi
Indikator:
1)      Kekuatan nadi brakialis kanan dan kiri
2)      Kapilaris refill
b.      Perfusi jaringan: perifer
Indikator:
1)      Kapilaris refill Jari tangan dan kaki
2)      Suhu kulit ekstremitas
3)      Kekuatan nadi brakialis kanan dan kiri


a.      Oxygen Therap
·         Pertahankan kepatenan jalan nafas
·         Atur peralatan oksigenasi
·         Monitor aliran oksigen
·         Pertahankan posisi pasien
·         Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi
·         Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi

b.      Vital Sign Monitoring
·         Monitor TD, Nadi, Suhu, dan RR
·         Catat adanya fluktuasi tekanan darah
·         Monitor kualitas nadi
·         Monitor suara paru
·         Monitor pola pernapasan yang banormal
·         Monitor suhu, warna, dan kelembapan kulit
c.       Peripheral Sensation Management
·         Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam,tumpul
·         Monitor adanya paratese (kesemutan)
·         Batasi gerakan kepala, leher, dan punggung
·         Monitor adanya tromboplebitis dan vena tromboembolism

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pendarahan
NOC
1)      Hidrasi

Kriteria hasil :
a)      Hidrasi kulit
b)      Membran mukosa lembab
c)      Edema perifer tidak ada
d)     Ansietas tidak ada
e)      Haus yang abnormal tidak ada
f)       Mata tidak cekung
g)      Kemampuan berkeringat
h)      Tekanan darah dalam batas normal
i)        Hematokrit dalam batas normal


NIC
1)      Management cairan dan elektrolit

Tindakan keperawatan :
a)      Berikan terapi IV sesuai dengan anjuran
b)      Pantau makanan dan cairan yang dikonsumsi dan hitung
c)      Pantau status hidrasi
d)     Kaji hasil laboratorium untuk monitor cairan (hematokrit, BUN, protein, sodium) yang sesuai
e)      Monitor tnda-tanda vital
f)       Konsultasi dengan dokter jika ada tanda-tanda ketidakseimbangan cairan dan lektrolit


D.    IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan,mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat dan bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.

E.     EVALUASI KEPERAWATAN
Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai.










BAB IV
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Emboli cairan ketuban merupakan sindrom dimana setelah sejumlah cairan ketuban memasuki sirkulasi darah maternal, tiba-tiba terjadi gangguan pernafasan yang akut dan shock. Cara masuknya cairan ketuban Dua tempat utama masuknya cairan ketuban kedalam sirkulasi darah maternal adalalah vena endocervical (yang dapat terobek sekalipun pada persalinan normal) dan daerah utero plasenta.Ruputra uteri meningkat kemungkinan masuknya cairan ketuban. Abruption plasenta merupakan peristiwa yang sering di jumpai, kejadian ini mendahului atau bersamaan dengan episode emboli. Etiologinya Kematian janin intrauteri, Janin besar intrauteri, Multiparitas dan Usia lebih dari 30 tahun. Insidensi yang tinggi kelahiran dengan operasi, Menconiumdalam cairan ketuban, Kontraksi uterus yang kuat.
Ketika emboli cairan ketuban terjadi, maka akan terjadi penyumbatan aliran darah ibu, lama- kelamaan akan mengalami penumbatan diparu, bila meluas akan terjadi penyumbatan aliran darah ke jantung, hal ini mengakibatkan terjadinya gangguan di jantung, dan dapat menyebabkan kematian, terutama pada wanita yang sudah tua. Perdarahan juga bisa terjadi, akibat emboli cairan ketuban, sehingga pasien akan mengalami kekurangan volume cairan akibat perdarahan, jika tidak diatasi segera, pasien dapat mengalami syok.

B.     SARAN
Dengan makalah ini penulis berharap, mahasiswa dapat memahami konsep teori beserta asuhan keperawatan emboli cairan ketuban, meskipun emboli cairan ketuban jarang ditemukan, namun sebagai tim medis harus tetap waspada akan terjadinya emboli cairan ketuban, sehingga secara tidak langsung dapat mengurangi mortalitas ibu dan bayi.


DAFTAR PUSTAKA

Asuhan Keperawatan Maternitas.Jakarta:Medica Macdonald Grant,Cuningham.1995.

ILMU KEBIDANAN PATOLOGI DAN FISIOLOGI PERSALINAN.Jakarta:Medica Mitayani.2009.

Obstetri Williams Edisi 18.Jakarta:EGC Gary Gunningham F.2006.Obstetri Williams Edisi.21 Vol1.Jakarta:EGC

UNIV.1984.OBSTESTRI PATOLOGI.Bandung:Elstar Offert Bandung Oxom,Harry & R.Forte,William.2003.


No comments:

Post a Comment