Wednesday, January 16, 2019

Satuan Acara penyuluhan Kejang Demam Pada Anak


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Demam merupakan salah satu bentuk pertahanan tubuh terhadap masalah yang terjadi dalam tubuh. Demam pada umumnya tidak berbahaya, tetapi bila demam tinggi dapat menyebabkan masalah serius pada anak. Masalah yang sering terjadi pada kenaikan suhu tubuh diatas 38ºC yaitu kejang demam (Ngastiyah, 2012).
Wastoro dkk (2011), mengatakan bahwa kejang demam terdiri dari kejang demam simpleks dan kompleks. Kejang demam sederhana ( simple febrile seizure) biasanya berlangsung singkat kurang dari 15 menit dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang demam kompleks ( complex febrile seizure ) biasanya terjadi lebih dari 15 menit, dan terjadi kejang berulang atau lebih dari satu kali 24 jam (dalam Nugroho, 2014). Hasil penelitian Kakalang, dkk (2016), menyebutkan untuk klasifikasi jenis kejang demam tertinggi terjadi pada kejang demam kompleks sebanyak 91 (60,7%), sedangkan pada kejang demam simpleks sebanyak 59 (39,3%).
WHO memperkiraan pada tahun 2015 terdapat21,65 juta penderita kejang demam dan lebih dari 216 ribu diantaranya meninggal. Selain itu di Kuwait dari 400 anak berusia 1 bulan – 13 tahun dengan riwayat kejang, yang mengalami kejang demam sekitar 77% (WHO, 2015 dalam Ervina Tri Untari, 2013).Menurut Hernal, 2010 dalam Ervina Tri Untari, 2013. Insiden terjadi nya kejang demam di perkirakan mencapai 4-5% dari jumlah penduduk di Amerika Serikat, Amerika Selatan, dan Eropa Barat. Namun di Asia angka kejadian kejang lebih tinggi , seperti di jepang di laporkan antara 6-9%kejadian kejang demam, di india yaitu 5-10%, dan di Guam adalah 14% (Ervina, 2016).
Angka kejadian kejang demam di Indonesia dalam jumlah persentase yang cukup seimbang dengan negara lain. Kejadian kejang demam diIndonesia disebutkan terjadi pada 2-5%anak berumur 6 bulan sampai dengan 3tahun dan 30% diantaranya akanmengalami kejang demam berulang(Kuncoro, 2009).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab kematian balita di Sumatera Barat adalah demam (18,9%),kejang (13,5%), diare (10,8%), dan gizi buruk (5,4%)dimana 38,7% meninggal pada usia 12-23 bulan dan63,8% pada usia 24-59 bulan. Proporsi kematian balitalebih tinggi pada balita yang mempunyai ibu dengan paritas≤ 3 orang (63,8%) dibandingkan ibu dengan paritas> 3 orang (38,7%) (Mariati dkk, 2011).
Sedangkan untuk wilayah kota Padang itu sendiri prevalensi kejadian kasus untuk demam kejang naik dari tahun 2016 ke 2018 yaitu dari 14% menjadi 25% kasus. Kasus demam kejang ini termasuk dalam salah satu penyebab terbanyak kematian bayi dan balita.  Untuk 1 tahun terakhir ditemukan 1 balita meninggal akibat kejang (SDKI, 2014).
Menurut survey awal yang dilakukan disalah satu Rumah sakit besar  di kota Padang yaitu RSUP DR.M.Djamil diruang anak khususnya dibagian ruang kronik dan akut lantai 3 didapatkan data bahwasannya kebanyakan anak atau lebih dari 50% anak yang dirawat di rumah sakit tersebut diawali dengan demam dan kejang. Namun, tak banyak yang mengetahui tentang perawatan demam kejang. Berdasarkan wawancara dengan 8 orang ibu yang sedang menunggu anaknya didapatkan hasil 2 dari 8 ibu mengetahui cara perawatan demam kejang saat dirumah dan 6 diantaranya masih belum mengetahui perawatan demam kejang dirumah.
Penelitian Kakalang, dkk (2016), menyebutkan bahwa sebagian besar kasus kejang demam dapat sembuh dengan sempurna, tetapi 2% sampai 7% dapat berkembang menjadi epilepsi dengan angka kematian 0,64% sampai 0,75%. Kejang demam dapat mengakibatkan gangguan tingkah laku serta penurunan intelegensi dan pencapaian tingkat akademik. Beberapa hasil penelitian tentang penurunan tingkat intelegensi paska bangkitan kejang demam tidak sama, 4% pasien kejang demam secara bermakna mengalami gangguan tingkah laku dan penurunan tingkat intelegensi.
Menurut Ngastiyah (2014), gambaran klinis yang timbul saat anak mengalami kejang demam adalah gerakan mulut dan lidah yang tidak terkontrol. Lidah dapat seketika tergigit, dan atau berbalik arah lalu menyumbat saluran pernapasan. Akibat dari terjadinya kejang demam pada anak dan balita akan mengalami penundaan pertumbuhan jaringan otak.
Penelitian Putra, dkk (2014), mengatakan tenaga perawat dituntut untuk berperan aktif dalam mengatasi keadaan tersebut serta mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dan keluarga. Yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan serta memandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosial-spiritual.
Kejang demam merupakan gangguan transien pada anak yang terjadibersamaan dengan demam. Keadaaan ini merupakan salah satu gangguanneurologik yang paling sering dijumpai pada masa kanak-kanak danmenyerang sekitar 4% anak (Wong, 2009). Kejang demam terjadi padakenaikan suhu tubuh yang biasanya disebabkan oleh proses ekstrakraniumsering terjadi pada anak, terutama pada penggolongan anak umur 6 bulansampai 4 tahun (Ridha, 2014).
Tanda dan gejala yang sering ditemui oleh ibu pada saat anak mengalami kejang demam adalah Suhu tubuh mencapai >38oC, Anak sering hilang kesadaran saat kejang, mata mendelik, tungkai dan lengan mulai kaku, bagian tubuh anak berguncang (gejala kejang bergantung pada jenis kejang), Kulit pucat dan membiru dan Akral dingin
Wong (2008) menjelaskan prioritas asuhan pada keperawatan kejang demam adalah mencegah atau mengendalikan aktivitas kejang, melindungi pasien dari trauma, mempertahankan jalan napas, meningkatkan harga diri yang positif, memberikan informasi kepada keluarga tentang proses penyakit, prognosis, dan kebutuhan penangannya.
Berdasarkan fenomena yang banyak terjadi di Indonesia sering terjadi saat demam tidak di tangani dengan baik oleh orang tua, seperti tidak segera memberikan kompres pada anak ketika terjadi kejang demam, tidak memberikan obat penurunan demam, dan sebagai orang tua justru membawa anaknya kedukun sehingga sering terjadi keterlambatan bagi petugas dalam menangani yang berlanjut pada kejang demam. Adapun prilaku-prilaku ibu pada saat kejang berupa : memasukkan sendok ke mulut anak, memberikan kopi saat anak kejang, memasukkan gula ke dalam mulut anak, menyembur tubuh anak yang kejang, mengoleskan terasi dan bawang ke tubuh anak, meletakkan jimat di dekat tubuh anak.
Berdasarkan latar belakang diatas, dan juga mengingat demam kejang ini bisa terjadi dirumah maka kelompok tertarik untuk melakukanpenyuluhan terhadap ibu/keluarga tentang bagaimana cara tepat untuk mengatasi bila anak demam kejang yang terjadi dirumah sehingga tidak terjadi masalah berkelanjutan..
B.  Tujuan umum
Setelah diberikan penyuluhan keluarga pasien mampu mengetahui serta menerapkan perilaku untuk mengatasi demam kejang anak dirumah secara tepat.

C.  Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentangkejang demam diharapkan peserta penyuluhan dapat :
a.    Memahami pengertian kejang demam (100%)
b.    Memahami 3 dari 5 penyebab kejang demam (80%)
c.    Memahami 2 dari 3 klasifikasi kejang demam (80%)
d.   Memahami3 dari 5 manifestasi klinis kejang demam (80%)
e.    Memahami4 dari 6 cara pencegahan kejang demam (80%)
f.     Memahami5 dari 7 penatalaksanaan dirumah kejang demam (80%)s

D.  Manfaat
1.    Bagi Rumah
Penyuluhan ini diharapkan membantu rumah sakit dalam memberikan pendidikan kesehatan bagi masyarakat  tentang mencegah terjadinya demam kejang pada anak
2.    Bagi Peserta
Penyuluhan ini diharapkan peserta dapat mencegah terjadinya demam kejang pada anak dan mampu untuk melakukan perawatan dirumah pada anak yang demam kejang

3.    Bagi Mahasiwa Profesi Ners
Penyuluhan ini dapat menjadi bekal mahasiwa dalam belajar bagaimana cara memberikan penyuluhan yang benar kepada masyarakat.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A.  Pengertian
Kejang demam adalah perubahan aktivitas motorik atau behavior yang bersifat paroksimal dan dalam waktu terbatas akibat dari adanya aktifitas listrik abnormal diotak yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh(Widagno, 2012). Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada suhu badan tinggi (kenaikkan suhu tubuh diatas 38C) karena terjadi kelainan ektrakranial. Kejang demam atau febrileconvulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikkan suhu tubuh yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Lestari, 2016).
Jadi dapat disimpulkan, kejang demam adalah gangguan yang terjadi akibat dari peningkatan suhu tubuh anak yang dapat menyebabkan kejang yang diakibatkan karena proses ekstrakranium.
B.  Penyebab
Menurut Mansjoer, dkk (2000: 434) Lumban Tobing (1995) dan Whaley and Wong (1995) :
       a.            Demam itu sendiri, demam yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih, kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi.
      b.             Efek produk toksik daripada mikroorganisme
       c.            Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi.
      d.             Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.
       e.             Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan, yang tidak diketahui atau enselofati toksik sepintas.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kejang demam berulang antara lain:
1.      Usia < 15 bulan saat kejang demam pertama
  1. Riwayat kejang demam dalam keluarga
  2. Kejang demam terjadi segera setelah mulai demam atau saat suhu sudah relatif    normal
  3. Riwayat demam yang sering
  4. Infeksi saluran pernafasan atas, otitis media akut, pneumonia, gastroenteritis akut, exantema  subitum, bronchitis, dan infeksi saluran kemih (Goodridge, 1987; Soetomenggolo, 1989). Selain itu juga infeksi diluar susunan syaraf pusat seperti tonsillitis, faringitis, forunkulosis serta pasca imunisasi DPT (pertusis) dan campak (morbili) dapat menyebabkan kejang demam.
  5. Produk toksik mikroorganisme terhadap otak (shigellosis, salmonellosis)
  6. Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal oleh karena infeksi.
  7. Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit.
  8. Gabungan dari faktor-faktor diatas.
C.  Klasifikasi
Pedoman mendiagnosis kejang demam menurut Livingstone:
a.       Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun
b.      Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit
c.       Kejang bersifat umum
d.      Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam
e.       Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
f.       Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak menunjukkan kelainan
g.      Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali
h.      Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari tujuh kriteria tersebut  (modifikasi  livingstone)  digolongkan  pada   kejang  demam kompleks(Ngastiyah,2012).`
Widagno(2012),mengatakanberdasarkanatasstudiepidemiologi,kejang demamdibagi3jenis,yaitu:
I.       Kejangdemamsederhana (simplefebrile convulsion), biasanya terdapat pada anak umur 6 bulan sampai 5 tahun, disertai kenaikan suhu tubuh yang   mencapai ≥ 39 oC. Kejang   bersifat umum dan tonik-klonik, umumnya berlangsung beberapa detik/menit dan jarang sampai 15 menit. Pada akhir kejang kemudian  diakhiri dengan suatu keadaan singkat seperti  mengantuk (drowsiness), dan bangkitan kejang terjadi hanya sekalidalam 24jam,anak tidakmempunyaikelainanneurologikpada pemeriksaanfisisdan riwayat perkembangan normal, demam bukan disebabkan karena meningitis atau penyakit lain dari otak.
II.    Kejangdemam kompleks (complex or complicated febrile convulsion) biasanya kejang terjadi selama ≥15 menit atau kejang berulang dalam 24 jam  dan  terdapat kejang fokal  atau  temuan fokal dalam masa pasca bangkitan. Umur pasien, status neurologik dan sifat demam adalah sama dengan kejang demam sederhana.
III. Kejang demam simtomatik (symptomatic febrileseizure) biasanya sifat dan umur demam adalah sama pada kejang demam sederhana dan sebelumnya anak mempunyai kelainan neurologi atau penyakit akut. Faktor resiko untuk timbulnya epilepsi merupakan gambaran kompleks waktu bangkitan. Kejang bermula pada umur <12bulan dengan kejang kompleks terutama bila kesadaran pasca iktal meragukan maka pemeriksaan CSS sangat diperlukan untuk memastikan kemungkinan adanya meningitis.

D.  Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natriun (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida(CI-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+  rendah, sedang diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial  membran  dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan  energi  dan bantuan  enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh:
1.    Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraselular
2.    Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya
3.    Perubahan patofisiologi  dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan
Padakeadaan demam kenaikkan suhu akan mengakibatkan kenaikkan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa hanya 15%. Oleh karena itu kenaikkan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat  terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik  ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel  maupun ke membran sel disekitarnya dengan  bantuan  neuro transmitter dan terjadi kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbedadan tergantung tinggi  rendahnya ambang kejang seseorang anak akan menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu.
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatkanya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan  oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron  otak selama berlangsungnya kejang (Lestari, 2016 & Ngastiyah, 2012).
E.  Manifestasi
Dewanto (2009), mengatakan gambaran klinis yang dapat dijumpai pada pasien dengan kejang demam diantaranya:
a.    Suhu tubuh mencapai >38 oC
b.    Anak sering hilang kesadaran saat kejang
c.    mata mendelik, tungkai dan lengan mulai kaku, bagian tubuh anak berguncang (gejala kejang bergantung pada jenis kejang)
d.   Kulit pucat dan membiru
e.    Akral dingin
F.   Pencegahan Kejang Demam
Kebanyakan, kejang demam terjadi dihari pertama anak sakit. Seringkali kejang demam muncul sebelum orangtua menyadari bahwa anaknya sedang sakit. Namun, jika anda melihat akan adanya gejala kejang demam pada anak lakukan beberapa hal berikut :
1.    Ketika anak mulai mengalami gejala demam, berikan asupan cairan sebanyak mungkin anak bisa konsumsi, dan cukupi istirahat anak, kemudian segera cari bantuan medis
2.    Jaga daya tahan tubuh anak dengan memberi asupan nutrisi yang cukup, berikan cukup istirahat, ajak beraktivitas setiap hari, dan bersihkan lingkungan sekitar anak.
3.    Pastikan Anda mengonsultasikan dan meminta diajarkan pertolongan pertama pada demam dan kejang untuk bisa Anda antisipasi dan lakukan dirumah sebelum ke rumah sakit
4.    Bila perlu, sediakan termometer dirumah, untuk mengukur suhu anak setiap kali curiga demam

G. Penatalaksanaan dirumah kejang demam
Biasanya yang terjadi dimasyarakat jika terjadi kejang tiba-tiba biasanya ibu menanganinya dengan menggendong anaknya kemudian menyiram kepala dengan air dingin, dan memasukkan gagang sendok yang dibungkus dengan kain/sapu tangan bersih pada mulut anak. Sedangkan untuk menurunkan suhu tubuh anak orang tua menumbuk sebuah timun kemudian ditempel pada kening kepala anak. Jika suhu tubuh anak masih tinggi dan kejang tidak berhenti, maka ibu membawa anak kerumah sakit
Namun secara ilmiah, Ngastiyah (2012)menjelaskan bahwa dalam penanggulangan kejang demam ada beberapa faktoryangperludikerjakanyaitu:
    1.          Jika anak anda mengalami kejang demam, cepat bertindak untuk mencegah luka.
    2.          Letakkan anak anda di lantai atau tempat tidur dan jauhkan dari benda yang keras atau tajam
    3.          Palingkan kepala ke salah satu sisi sehingga saliva (ludah) atau muntah dapat mengalir keluar dari mulut
    4.          Jangan menaruh apapun di mulut pasien supaya jalan nafas nya tidak tertutup.
    5.          Hubungi pelayanan kesehatan terdekat
    6.          Jangan memegang anak untuk melawan kejang.
    7.          Tetap tenang dan jangan panik.

BAB III
PRE PLANNING
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah ceramah, yaitu pemateri menyampaikan materi penyuluhan tentang demam kejang, diakhir penyuluhan disediakan waktu untuk tanya-jawab antara peserta dan pemateri.
A.    Media dan Alat Peraga
Media dan alat peraga yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah :
1.      Slide Presentation Power Point
2.      Laptop
3.      Infocus
4.      Leaflet
B.     Pengorganisasian
1.    Pembimbing :  
2.    Moderator : 
Tugas Moderator :
a.    Membuka penyuluhan.
b.    Memperkenalan diri
c.    Memberitahu pokok bahasan penyuluhan kepada peserta.
d.   Kontrak waktu dengan peserta penyuluhan.
e.    Menyampaikan rute atau tahap-tahap dalam penyuluhan.
f.     Menguraikan secara singkat latar belakang dan tujuan penyuluhan.
g.    Mempersilakan pemateri untuk  menyampaikan materi.
h.    Membuka sesi tanya-jawab.
i.      Mempersilakanpeserta untuk bertanya.
j.      Mempersilakan pemateri untuk menjawab pertanyaan peserta.
k.    Merangkum inti presentasi pemateri.
l.      Mengucapan terimakasih kepada pemateri dan peserta.
m.  Menutup penyuluhan.
3.    Pemateri :
Tugas Pemateri:
a.   Menyampaikan materi penyuluhan.
b.  Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peserta.
4.    Notulen : 
Tugas Notulen:
a.       Bertanggung-jawab atas daftar hadir peserta penyuluhan.
b.      Mencatat pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peserta.
c.       Mencatat jawaban-jawaban yang disampaikan oleh pemateri.
d.      Membuat rangkuman materi penyuluhan.
e.       Membuat Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ)setelahterlaksananya penyuluhan.
5.      Fasilitator : 
Tugas Fasilitator:
a.       Mempersiapkan dan bertanggung-jawab atas setting tempat penyuluhan, seperti susunan dan jumlah meja dan kursi yang digunakan dalam penyuluahan.
b.      Mempersiapakan dan bertanggung-jawab atas segala media dan alat peraga yang digunakan oleh pemateri dalam penyuluhan.
c.       Selalu memfasilitasi semua kebutuhan peserta dalam penyuluhan dan menyesuaikannya dengan kondisi saat penyuluhan, sehingga penyuluhan berjalan dengan lancar.
6.    Observer : 
Tugas Observer :
a.       Memonitor atau memantau selama berjalannya penyuluhan.
b.      Mengamati reaksi peserta penyuluhan.
c.       Mengamati keberhasilan penyuluhanan.


C.  Setting Tempat
Peserta penyuluhan duduk berhadapan dengan timpenyuluhan
 

      

D.    Tahap Kegiatan Penyuluhan         
No
Waktu
Kegiatan penyuluhan
Kegiatan Peserta
1
5 menit
Pembukaan :
· Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam
·Memperkenalkan diri dan anggota kelompok serta pembimbing akademik dan klinik
·   Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
·  Menyebutkan materi yang akan diberikan
·         Kontrak Waktu : 1x30 menit
·         Menjelaskan Tata tertib :
-     Peserta mendengarkan materi yang dijelaskan hingga selesai, apabila ada keperluan keluar maka harus seizin moderator.
-     Peserta diperbolehkan bertanya saat materi selesai diberikan.
-     Bila ada peserta yang ingin meninggalkan tempat penyuluhan harus dengan seizin moderator.



Menjawab salam






Mendengarkan
Memperhatikan

2
15 menit
Pelaksanaan :
·      Menjelaskan pengertian kejang demam.
·      Menjelaskan penyebab kejang demam.
·      Menjelaskan klasifikasi kejang demam.
·      Menjelaskan manifestasi klinis kejang demam.
·      Menjelaskan cara pencegahan kejang demam.
·      Menjelaskan penatalaksanaan dirumah kejang demam

·     Mendengarkan&
Memperhatikan
·     Mendengarkan&
Memperhatikan
Mendengarkan&
Memperhatikan
·     Mendengarkan&
Memperhatika
·     Mendengarkan&
Memperhatikan
·     Mendengarkan&
Memperhatikan
3
7 menit
Evaluasi :
·         Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya
·         Memberikan reward kepada 3 peserta yang bertanya dahulu
·         Menanyakan kepada pesertapenyuluhan tentang materi yang telah diberikan dan memberikan reinforcement kepada peserta penyuluhan jika dapat menjawab pertanyaan

Bertanya

Menjawab pertanyaan
4
3 menit
Terminasi :
·         Mengucapkan terimakasih atas peran serta peserta penyuluhan
·         Mengucapkan salam penutup
·         Menyebarkan leaflet

Mendengarkan
Menjawab salam

E.     Evaluasi
1.    Kriteria struktur
a.    Kontrak waktu dan tempat diberikan sebelum acara dilaksanakan
b.    Pembuatan SAP, leaflet dikerjakan maksimal 2 hari sebelumnya
c.    Penentuan tempat yang akan digunakan dalam penyuluhan
d.   Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan saat penyuluhan dilaksanakan

2.    Kriteria proses
a.    Peserta sangat antusias dan aktif bertanya selama materi penyuluhan berlangsung
b.    Peserta mendengarkan dan memperhatikan penyuluhan dari awal sampai akhir
c.    Pelaksanaan kegiatan sesuai SAP yang telah dibuat
d.   Pengorganisasian berjalan sesuai dengan job description
3.    Kriteria hasil
a.    Peserta yang datang dalam penyuluhan ini minimal 10-15 orang
b.    Peserta dapat mengikuti acara penyuluhan dari awal sampai akhir
c.    Acara dimulai tepat waktu tanpa kendala
d.   Peserta mengikuti kegiatan sesuai dengan aturan yang telah dijelaskan
e.    Peserta dapat memahami 80% materi yang telah disampaikan penyuluh dilihat dari kemampuan menjawab pertanyaan penyuluh dengan benar.



DAFTAR PUSTAKA
Christian,W.,dkk.(2015). Pengalaman Perawat dalam Penanganan pada Anak dengan Kejang Demam di Ruangan IGD RSUD Karangayar.2015. Stikes Kusuma Husada. SurakartaDiaskes. http://download.portalgaruda.org.   
Darmandi, dkk. (2012). Diagnosis dan Tata Laksana Terkini Kejang Demam, Lampung. . http://download.portalgaruda.org.
Gunawan, P.I., dkk. 2012. Faktor Resiko Kejang Demam Berulang pada Anak. http://download.portalgaruda.org. 
Imaduddin, K., dkk, 2013. Gambaran Elektrolit Gula Darah Pasien Kejang Demam yang  di  Rawat  di  Bangsal  Anak RSUP Dr.  M. Djamil  Padang Periode Januari 2010-2012.  http://jurnal.fk.unand.ac.id.
Kakalang, J.P, dkk,  2016. Profil Kejang Demam di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Prof. Dr. R. D. Kondou Manado periode Januari 2014-Juni 2016. http://download.portalgaruda.org  . 
Kurnia, P & Anggraeni, L.D, Rustika, 2014. Analisis Perbedaan faktor – faktor pada Kejang Demam Pertama dengan Kejang  Demam Berulang pada Balita di RSPI Puri Indah Jakarta. http://download.portalgaruda.org .  
Lestari, T, 2016.Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika.
Mariati, U., Agus., Sulin., Masrul. (2011) Studi Kematian Ibu dan Kematian Bayi di Provinsi Sumatera Barat: faktor Determinan dan Masalahnya. Jurnal Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang.
Ngastiyah.2012.Perawatananaksakit.Jakarta:EGC
NugPadila. 2012. Buku Ajar KeperawatanMedikal Bedah. Yogyakarta: NuhaMedika.
Ridha,N.H,2014.Buku Ajar Keperawatan Anak, Yogyakarta:Pustaka Penerbit.
Suriadi & Yuliani, Rita.2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 3. Jakarta: SagungSeto.




No comments:

Post a Comment