BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Demam merupakan salah satu bentuk
pertahanan tubuh terhadap masalah yang terjadi dalam tubuh. Demam pada umumnya
tidak berbahaya, tetapi bila demam tinggi dapat menyebabkan masalah serius pada
anak. Masalah yang sering terjadi pada kenaikan suhu tubuh diatas 38ºC yaitu
kejang demam (Ngastiyah, 2012).
Wastoro dkk (2011), mengatakan bahwa
kejang demam terdiri dari kejang demam simpleks dan kompleks. Kejang demam
sederhana ( simple febrile seizure) biasanya berlangsung singkat kurang dari 15
menit dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang demam kompleks ( complex
febrile seizure ) biasanya terjadi lebih dari 15 menit, dan terjadi kejang
berulang atau lebih dari satu kali 24 jam (dalam Nugroho, 2014). Hasil
penelitian Kakalang, dkk (2016), menyebutkan untuk klasifikasi jenis kejang
demam tertinggi terjadi pada kejang demam kompleks sebanyak 91 (60,7%),
sedangkan pada kejang demam simpleks sebanyak 59 (39,3%).
WHO memperkiraan pada tahun 2015
terdapat21,65 juta penderita kejang demam dan lebih dari 216 ribu diantaranya
meninggal. Selain itu di Kuwait dari 400 anak berusia 1 bulan – 13 tahun dengan
riwayat kejang, yang mengalami kejang demam sekitar 77% (WHO, 2015 dalam Ervina
Tri Untari, 2013).Menurut Hernal, 2010 dalam Ervina Tri Untari, 2013. Insiden
terjadi nya kejang demam di perkirakan mencapai 4-5% dari jumlah penduduk di
Amerika Serikat, Amerika Selatan, dan Eropa Barat. Namun di Asia angka kejadian
kejang lebih tinggi , seperti di jepang di laporkan antara 6-9%kejadian kejang
demam, di india yaitu 5-10%, dan di Guam adalah 14% (Ervina, 2016).
Angka kejadian kejang demam di
Indonesia dalam jumlah persentase yang cukup seimbang dengan negara lain.
Kejadian kejang demam diIndonesia disebutkan terjadi pada 2-5%anak berumur 6 bulan
sampai dengan 3tahun dan 30% diantaranya akanmengalami kejang demam
berulang(Kuncoro, 2009).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penyebab kematian balita di Sumatera Barat adalah demam (18,9%),kejang (13,5%),
diare (10,8%), dan gizi buruk (5,4%)dimana 38,7% meninggal pada usia 12-23
bulan dan63,8% pada usia 24-59 bulan. Proporsi kematian balitalebih tinggi pada
balita yang mempunyai ibu dengan paritas≤ 3 orang (63,8%) dibandingkan ibu
dengan paritas> 3 orang (38,7%) (Mariati dkk, 2011).
Sedangkan untuk wilayah kota Padang
itu sendiri prevalensi kejadian kasus untuk demam kejang naik dari tahun 2016
ke 2018 yaitu dari 14% menjadi 25% kasus. Kasus demam kejang ini termasuk dalam
salah satu penyebab terbanyak kematian bayi dan balita. Untuk 1 tahun terakhir ditemukan 1 balita
meninggal akibat kejang (SDKI, 2014).
Menurut survey awal yang dilakukan
disalah satu Rumah sakit besar di kota
Padang yaitu RSUP DR.M.Djamil diruang anak khususnya dibagian ruang kronik dan
akut lantai 3 didapatkan data bahwasannya kebanyakan anak atau lebih dari 50%
anak yang dirawat di rumah sakit tersebut diawali dengan demam dan kejang.
Namun, tak banyak yang mengetahui tentang perawatan demam kejang. Berdasarkan
wawancara dengan 8 orang ibu yang sedang menunggu anaknya didapatkan hasil 2
dari 8 ibu mengetahui cara perawatan demam kejang saat dirumah dan 6
diantaranya masih belum mengetahui perawatan demam kejang dirumah.
Penelitian Kakalang, dkk (2016),
menyebutkan bahwa sebagian besar kasus kejang demam dapat sembuh dengan sempurna,
tetapi 2% sampai 7% dapat berkembang menjadi epilepsi dengan angka kematian
0,64% sampai 0,75%. Kejang demam dapat mengakibatkan gangguan tingkah laku
serta penurunan intelegensi dan pencapaian tingkat akademik. Beberapa hasil
penelitian tentang penurunan tingkat intelegensi paska bangkitan kejang demam
tidak sama, 4% pasien kejang demam secara bermakna mengalami gangguan tingkah
laku dan penurunan tingkat intelegensi.
Menurut Ngastiyah (2014), gambaran
klinis yang timbul saat anak mengalami kejang demam adalah gerakan mulut dan
lidah yang tidak terkontrol. Lidah dapat seketika tergigit, dan atau berbalik
arah lalu menyumbat saluran pernapasan. Akibat dari terjadinya kejang demam
pada anak dan balita akan mengalami penundaan pertumbuhan jaringan otak.
Penelitian Putra, dkk (2014),
mengatakan tenaga perawat dituntut untuk berperan aktif dalam mengatasi keadaan
tersebut serta mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dan keluarga.
Yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif secara
terpadu dan berkesinambungan serta memandang klien sebagai satu kesatuan yang
utuh secara bio-psiko-sosial-spiritual.
Kejang demam merupakan gangguan
transien pada anak yang terjadibersamaan dengan demam. Keadaaan ini merupakan
salah satu gangguanneurologik yang paling sering dijumpai pada masa kanak-kanak
danmenyerang sekitar 4% anak (Wong, 2009). Kejang demam terjadi padakenaikan
suhu tubuh yang biasanya disebabkan oleh proses ekstrakraniumsering terjadi
pada anak, terutama pada penggolongan anak umur 6 bulansampai 4 tahun (Ridha,
2014).
Tanda dan gejala yang sering ditemui
oleh ibu pada saat anak mengalami kejang demam adalah Suhu tubuh mencapai
>38oC, Anak sering hilang kesadaran saat kejang, mata mendelik, tungkai dan
lengan mulai kaku, bagian tubuh anak berguncang (gejala kejang bergantung pada
jenis kejang), Kulit pucat dan membiru dan Akral dingin
Wong (2008) menjelaskan prioritas
asuhan pada keperawatan kejang demam adalah mencegah atau mengendalikan
aktivitas kejang, melindungi pasien dari trauma, mempertahankan jalan napas,
meningkatkan harga diri yang positif, memberikan informasi kepada keluarga
tentang proses penyakit, prognosis, dan kebutuhan penangannya.
Berdasarkan fenomena yang banyak
terjadi di Indonesia sering terjadi saat demam tidak di tangani dengan baik
oleh orang tua, seperti tidak segera memberikan kompres pada anak ketika
terjadi kejang demam, tidak memberikan obat penurunan demam, dan sebagai orang
tua justru membawa anaknya kedukun sehingga sering terjadi keterlambatan bagi petugas
dalam menangani yang berlanjut pada kejang demam. Adapun prilaku-prilaku ibu
pada saat kejang berupa : memasukkan sendok ke mulut anak, memberikan kopi saat
anak kejang, memasukkan gula ke dalam mulut anak, menyembur tubuh anak yang
kejang, mengoleskan terasi dan bawang ke tubuh anak, meletakkan jimat di dekat
tubuh anak.
Berdasarkan latar belakang diatas,
dan juga mengingat demam kejang ini bisa terjadi dirumah maka kelompok tertarik
untuk melakukanpenyuluhan terhadap ibu/keluarga tentang bagaimana cara tepat
untuk mengatasi bila anak demam kejang yang terjadi dirumah sehingga tidak
terjadi masalah berkelanjutan..
B. Tujuan umum
Setelah
diberikan penyuluhan keluarga pasien mampu mengetahui serta menerapkan perilaku
untuk mengatasi demam kejang anak dirumah secara tepat.
C. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan
tentangkejang demam
diharapkan peserta penyuluhan dapat :
a. Memahami pengertian kejang demam
(100%)
b. Memahami 3 dari 5 penyebab kejang
demam (80%)
c. Memahami 2 dari 3 klasifikasi kejang
demam (80%)
d. Memahami3 dari 5 manifestasi klinis
kejang demam (80%)
e. Memahami4 dari 6 cara pencegahan
kejang demam (80%)
f. Memahami5 dari 7 penatalaksanaan
dirumah kejang demam (80%)s
D.
Manfaat
1.
Bagi
Rumah
Penyuluhan
ini diharapkan membantu rumah
sakit dalam memberikan pendidikan kesehatan bagi masyarakat tentang mencegah terjadinya demam kejang pada anak
2.
Bagi
Peserta
Penyuluhan
ini diharapkan peserta dapat mencegah terjadinya demam kejang pada anak dan mampu untuk melakukan
perawatan dirumah pada anak yang demam kejang
3.
Bagi
Mahasiwa Profesi Ners
Penyuluhan
ini dapat menjadi bekal mahasiwa dalam belajar bagaimana cara memberikan
penyuluhan yang benar kepada masyarakat.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Pengertian
Kejang demam adalah perubahan
aktivitas motorik atau behavior yang bersifat paroksimal dan dalam waktu terbatas akibat dari adanya aktifitas
listrik abnormal diotak yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh(Widagno, 2012).
Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada suhu badan tinggi (kenaikkan suhu tubuh diatas 38⁰C) karena terjadi kelainan ektrakranial.
Kejang demam atau febrileconvulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi
pada kenaikkan suhu tubuh yang disebabkan
oleh proses ekstrakranium
(Lestari, 2016).
Jadi dapat disimpulkan, kejang demam adalah gangguan yang terjadi akibat
dari
peningkatan suhu tubuh anak yang dapat menyebabkan kejang yang diakibatkan karena proses
ekstrakranium.
B.
Penyebab
Menurut Mansjoer, dkk (2000:
434) Lumban Tobing (1995) dan Whaley and Wong (1995) :
a.
Demam itu sendiri, demam yang
disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia,
gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih, kejang tidak selalu timbul pada
suhu yang tinggi.
b.
Efek produk toksik daripada mikroorganisme
c.
Respon alergik atau keadaan
umum yang abnormal oleh infeksi.
d.
Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.
e.
Ensefalitis viral (radang otak akibat virus)
yang ringan, yang tidak diketahui atau enselofati toksik sepintas.
Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kejang demam berulang antara lain:
1.
Usia < 15 bulan saat
kejang demam pertama
- Riwayat
kejang demam dalam keluarga
- Kejang
demam terjadi segera setelah mulai demam atau saat suhu sudah relatif
normal
- Riwayat
demam yang sering
- Infeksi
saluran pernafasan atas, otitis media akut, pneumonia, gastroenteritis
akut, exantema subitum, bronchitis, dan infeksi saluran kemih
(Goodridge, 1987; Soetomenggolo, 1989). Selain itu juga infeksi diluar
susunan syaraf pusat seperti tonsillitis, faringitis, forunkulosis serta
pasca imunisasi DPT (pertusis) dan campak (morbili) dapat menyebabkan
kejang demam.
- Produk
toksik mikroorganisme terhadap otak (shigellosis, salmonellosis)
- Respon
alergi atau keadaan imun yang abnormal oleh karena infeksi.
- Perubahan
keseimbangan cairan atau elektrolit.
- Gabungan
dari faktor-faktor diatas.
C. Klasifikasi
Pedoman mendiagnosis kejang demam menurut Livingstone:
a. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun
b. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit
c. Kejang bersifat umum
d. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam
e. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
f. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak menunjukkan kelainan
g. Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali
h. Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari tujuh kriteria
tersebut (modifikasi livingstone) digolongkan pada kejang
demam kompleks(Ngastiyah,2012).`
Widagno(2012),mengatakanberdasarkanatasstudiepidemiologi,kejang
demamdibagi3jenis,yaitu:
I.
Kejangdemamsederhana
(simplefebrile
convulsion), biasanya terdapat
pada anak umur 6 bulan sampai 5 tahun, disertai kenaikan suhu tubuh yang mencapai
≥ 39 oC. Kejang bersifat
umum
dan tonik-klonik,
umumnya berlangsung beberapa detik/menit dan jarang sampai 15 menit.
Pada
akhir
kejang
kemudian diakhiri
dengan suatu
keadaan singkat
seperti mengantuk (drowsiness),
dan bangkitan
kejang
terjadi
hanya
sekalidalam
24jam,anak tidakmempunyaikelainanneurologikpada pemeriksaanfisisdan riwayat perkembangan normal, demam bukan disebabkan karena meningitis atau penyakit lain dari otak.
II.
Kejangdemam
kompleks (complex or complicated febrile convulsion) biasanya kejang terjadi selama ≥15 menit atau kejang berulang dalam 24 jam dan terdapat kejang fokal atau
temuan fokal dalam masa
pasca bangkitan. Umur pasien, status neurologik dan sifat demam adalah sama dengan kejang demam sederhana.
III. Kejang demam simtomatik (symptomatic febrileseizure) biasanya sifat dan umur demam adalah
sama pada kejang demam sederhana dan sebelumnya anak mempunyai kelainan neurologi
atau penyakit akut. Faktor resiko untuk timbulnya epilepsi merupakan
gambaran kompleks waktu bangkitan. Kejang bermula pada umur <12bulan dengan kejang
kompleks terutama bila kesadaran pasca iktal meragukan maka pemeriksaan
CSS sangat diperlukan untuk memastikan kemungkinan
adanya meningitis.
D.
Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi
dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui
oleh ion Natriun (Na+) dan elektrolit lainnya,
kecuali ion klorida(CI-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan
konsentrasi Na+ rendah,
sedang
diluar sel neuron terdapat
keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam
dan luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron.
Untuk
menjaga
keseimbangan potensial membran
diperlukan energi dan
bantuan enzim Na-K
ATP-ase
yang
terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan
potensial membran ini dapat
diubah oleh:
1. Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraselular
2. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya
3. Perubahan patofisiologi dari membran
sendiri
karena
penyakit atau
keturunan
Padakeadaan demam kenaikkan
suhu akan mengakibatkan
kenaikkan
metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan
oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3 tahun
sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh
dibandingkan dengan orang dewasa hanya 15%. Oleh karena itu kenaikkan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan
dari membran sel neuron
dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya
sehingga dapat
meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel disekitarnya dengan bantuan “neuro transmitter” dan terjadi kejang.
Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbedadan tergantung tinggi rendahnya ambang kejang seseorang anak akan menderita
kejang pada kenaikan suhu tertentu.
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari
15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatkanya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi
otot skeletal yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia,
asidosis
laktat
disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya
aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang (Lestari, 2016 & Ngastiyah, 2012).
E.
Manifestasi
Dewanto (2009), mengatakan gambaran klinis yang dapat dijumpai pada pasien dengan kejang demam diantaranya:
a. Suhu tubuh mencapai >38 oC
b. Anak sering hilang kesadaran saat kejang
c. mata mendelik,
tungkai dan
lengan mulai kaku, bagian
tubuh
anak
berguncang (gejala kejang bergantung pada jenis kejang)
d. Kulit pucat dan membiru
e. Akral dingin
F.
Pencegahan
Kejang Demam
Kebanyakan,
kejang demam terjadi dihari pertama anak sakit. Seringkali kejang demam muncul
sebelum orangtua menyadari bahwa anaknya sedang sakit. Namun, jika anda melihat
akan adanya gejala kejang demam pada anak lakukan beberapa hal berikut :
1. Ketika
anak mulai mengalami gejala demam, berikan asupan cairan sebanyak mungkin anak
bisa konsumsi, dan cukupi istirahat anak, kemudian segera cari bantuan medis
2. Jaga
daya tahan tubuh anak dengan memberi asupan nutrisi yang cukup, berikan cukup
istirahat, ajak beraktivitas setiap hari, dan bersihkan lingkungan sekitar
anak.
3. Pastikan
Anda mengonsultasikan dan meminta diajarkan pertolongan pertama pada demam dan
kejang untuk bisa Anda antisipasi dan lakukan dirumah sebelum ke rumah sakit
4. Bila
perlu, sediakan termometer dirumah, untuk mengukur suhu anak setiap kali curiga
demam
G.
Penatalaksanaan
dirumah kejang demam
Biasanya yang terjadi
dimasyarakat jika terjadi kejang tiba-tiba biasanya ibu menanganinya dengan
menggendong anaknya kemudian menyiram kepala dengan air dingin, dan memasukkan
gagang sendok yang dibungkus dengan kain/sapu tangan bersih pada mulut anak. Sedangkan
untuk menurunkan suhu tubuh anak orang tua menumbuk sebuah timun kemudian
ditempel pada kening kepala anak. Jika suhu tubuh anak masih tinggi dan kejang
tidak berhenti, maka ibu membawa anak kerumah sakit
Namun secara ilmiah, Ngastiyah
(2012)menjelaskan bahwa dalam
penanggulangan kejang demam
ada beberapa
faktoryangperludikerjakanyaitu:
1.
Jika anak anda mengalami
kejang demam, cepat bertindak untuk mencegah luka.
2.
Letakkan anak anda di lantai
atau tempat tidur dan jauhkan dari benda yang keras atau tajam
3.
Palingkan kepala ke salah
satu sisi sehingga saliva (ludah) atau muntah dapat mengalir keluar dari mulut
4.
Jangan menaruh apapun di
mulut pasien supaya jalan nafas nya tidak tertutup.
5.
Hubungi pelayanan kesehatan
terdekat
6.
Jangan
memegang anak untuk melawan kejang.
7.
Tetap tenang dan jangan panik.
BAB III
PRE PLANNING
Metode
yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah ceramah, yaitu pemateri menyampaikan
materi penyuluhan tentang demam
kejang, diakhir penyuluhan disediakan waktu untuk tanya-jawab
antara peserta dan pemateri.
A.
Media
dan Alat Peraga
Media dan alat peraga yang digunakan
dalam penyuluhan ini adalah :
1.
Slide Presentation
Power Point
2.
Laptop
3.
Infocus
4.
Leaflet
B.
Pengorganisasian
1.
Pembimbing
:
2.
Moderator
:
Tugas Moderator :
a. Membuka
penyuluhan.
b. Memperkenalan diri
c. Memberitahu pokok bahasan penyuluhan kepada peserta.
d. Kontrak
waktu dengan peserta penyuluhan.
e. Menyampaikan rute atau tahap-tahap dalam penyuluhan.
f. Menguraikan secara singkat latar belakang dan tujuan
penyuluhan.
g. Mempersilakan pemateri untuk menyampaikan materi.
h. Membuka sesi tanya-jawab.
i. Mempersilakanpeserta untuk bertanya.
j. Mempersilakan pemateri untuk menjawab pertanyaan
peserta.
k. Merangkum inti presentasi pemateri.
l. Mengucapan terimakasih kepada pemateri dan peserta.
m. Menutup penyuluhan.
3.
Pemateri
:
Tugas Pemateri:
a. Menyampaikan
materi penyuluhan.
b. Menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh peserta.
4.
Notulen
:
Tugas
Notulen:
a.
Bertanggung-jawab atas
daftar hadir peserta penyuluhan.
b.
Mencatat
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peserta.
c.
Mencatat
jawaban-jawaban yang disampaikan oleh pemateri.
d.
Membuat rangkuman
materi penyuluhan.
e.
Membuat Laporan
Pertanggung Jawaban (LPJ)setelahterlaksananya penyuluhan.
5.
Fasilitator
:
Tugas Fasilitator:
a.
Mempersiapkan dan
bertanggung-jawab atas setting tempat penyuluhan, seperti susunan dan jumlah
meja dan kursi yang digunakan dalam penyuluahan.
b.
Mempersiapakan dan
bertanggung-jawab atas segala media dan alat peraga yang digunakan oleh
pemateri dalam penyuluhan.
c.
Selalu memfasilitasi
semua kebutuhan peserta dalam penyuluhan dan menyesuaikannya dengan kondisi
saat penyuluhan, sehingga penyuluhan berjalan dengan lancar.
6.
Observer
:
Tugas Observer :
a.
Memonitor atau memantau
selama berjalannya penyuluhan.
b.
Mengamati reaksi
peserta penyuluhan.
c.
Mengamati keberhasilan
penyuluhanan.
C. Setting Tempat
Peserta
penyuluhan duduk berhadapan dengan timpenyuluhan
D.
Tahap
Kegiatan Penyuluhan
No
|
Waktu
|
Kegiatan
penyuluhan
|
Kegiatan
Peserta
|
1
|
5 menit
|
Pembukaan :
· Membuka kegiatan dengan mengucapkan
salam
·Memperkenalkan diri dan anggota kelompok serta pembimbing akademik dan klinik
· Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
· Menyebutkan materi yang akan diberikan
·
Kontrak Waktu : 1x30 menit
·
Menjelaskan Tata tertib :
-
Peserta mendengarkan materi yang
dijelaskan hingga selesai, apabila ada keperluan keluar maka harus seizin
moderator.
-
Peserta diperbolehkan bertanya saat
materi selesai diberikan.
-
Bila ada peserta yang ingin
meninggalkan tempat penyuluhan harus dengan seizin moderator.
|
Menjawab salam
Mendengarkan
Memperhatikan
|
2
|
15 menit
|
Pelaksanaan :
· Menjelaskan pengertian kejang
demam.
· Menjelaskan penyebab kejang demam.
· Menjelaskan klasifikasi kejang
demam.
· Menjelaskan manifestasi klinis
kejang demam.
· Menjelaskan cara pencegahan kejang
demam.
·
Menjelaskan
penatalaksanaan dirumah kejang demam
|
· Mendengarkan&
Memperhatikan
· Mendengarkan&
Memperhatikan
Mendengarkan&
Memperhatikan
· Mendengarkan&
Memperhatika
· Mendengarkan&
Memperhatikan
· Mendengarkan&
Memperhatikan
|
3
|
7 menit
|
Evaluasi
:
·
Memberikan kesempatan kepada peserta
untuk bertanya
·
Memberikan reward kepada 3 peserta
yang bertanya dahulu
·
Menanyakan kepada pesertapenyuluhan
tentang materi yang telah diberikan dan memberikan reinforcement kepada
peserta penyuluhan jika dapat menjawab pertanyaan
|
Bertanya
Menjawab pertanyaan
|
4
|
3 menit
|
Terminasi
:
·
Mengucapkan terimakasih atas peran
serta peserta penyuluhan
·
Mengucapkan salam penutup
·
Menyebarkan leaflet
|
Mendengarkan
Menjawab salam
|
E.
Evaluasi
1. Kriteria
struktur
a. Kontrak
waktu dan tempat diberikan sebelum acara dilaksanakan
b. Pembuatan
SAP, leaflet dikerjakan maksimal 2 hari sebelumnya
c. Penentuan tempat yang akan digunakan dalam penyuluhan
d. Pengorganisasian
penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan saat penyuluhan dilaksanakan
2. Kriteria
proses
a. Peserta sangat antusias dan aktif bertanya selama materi penyuluhan berlangsung
b. Peserta
mendengarkan dan memperhatikan penyuluhan dari awal sampai akhir
c. Pelaksanaan
kegiatan sesuai SAP yang telah dibuat
d. Pengorganisasian
berjalan sesuai dengan job description
3. Kriteria
hasil
a. Peserta
yang datang dalam penyuluhan ini minimal 10-15 orang
b. Peserta dapat mengikuti acara penyuluhan dari awal sampai akhir
c. Acara
dimulai tepat waktu tanpa kendala
d. Peserta
mengikuti kegiatan sesuai dengan aturan yang telah dijelaskan
e. Peserta
dapat memahami 80% materi yang telah disampaikan penyuluh dilihat dari kemampuan menjawab pertanyaan penyuluh dengan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Christian,W.,dkk.(2015). Pengalaman
Perawat dalam Penanganan pada Anak dengan Kejang Demam di Ruangan IGD RSUD
Karangayar.2015. Stikes Kusuma Husada. SurakartaDiaskes.
http://download.portalgaruda.org.
Darmandi, dkk. (2012). Diagnosis dan
Tata Laksana Terkini Kejang Demam, Lampung. . http://download.portalgaruda.org.
Gunawan, P.I., dkk. 2012. Faktor Resiko
Kejang Demam Berulang pada Anak. http://download.portalgaruda.org.
Imaduddin, K., dkk, 2013. Gambaran
Elektrolit Gula Darah Pasien Kejang Demam yang
di Rawat di
Bangsal Anak RSUP Dr. M. Djamil
Padang Periode Januari 2010-2012.
http://jurnal.fk.unand.ac.id.
Kakalang, J.P, dkk, 2016. Profil Kejang Demam di Bagian Ilmu
Kesehatan Anak RSUP Prof. Dr. R. D. Kondou Manado periode Januari 2014-Juni
2016. http://download.portalgaruda.org .
Kurnia, P & Anggraeni, L.D, Rustika,
2014. Analisis Perbedaan faktor – faktor pada Kejang Demam Pertama dengan
Kejang Demam Berulang pada
Balita di RSPI Puri Indah Jakarta. http://download.portalgaruda.org .
Lestari, T, 2016.Asuhan Keperawatan
Anak. Yogyakarta : Nuha Medika.
Mariati, U., Agus., Sulin., Masrul.
(2011) Studi Kematian Ibu dan Kematian Bayi di Provinsi Sumatera Barat: faktor
Determinan dan Masalahnya. Jurnal
Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang.
Ngastiyah.2012.Perawatananaksakit.Jakarta:EGC
NugPadila. 2012. Buku Ajar KeperawatanMedikal Bedah. Yogyakarta: NuhaMedika.
Ridha,N.H,2014.Buku Ajar Keperawatan Anak, Yogyakarta:Pustaka Penerbit.
Suriadi & Yuliani, Rita.2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 3. Jakarta: SagungSeto.
No comments:
Post a Comment