Friday, October 5, 2018

Leukemia dan Konsep Asuhan Keperawatan


BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Leukemia merupakan nama kelompok penyakit maligna yang dikarakteristikan oleh perubahan kualitatif dan kuantitatif dalam leukosit sirkulasi. Leukemia dihubungkan dengan pertumbuhan abnormal leukosit yang menyebar mendahului sumsum tulang. Kata kata leukemia diturunkan dari bahasa Yunani leukos dan aima yang berarti “putih” dan “darah” yang mengacu pada peningkatan abnormal dari leukosit. Peningkatan tidak trkontrol ini akhirnya menimbulkan anemia, infeksi, trobositopenia, dan  pada beberapa kasus menyebabkan kematian (Jan Tambayong, 2000).
Salah satu penyakit non-infeksi (degeneratif)    adalah kanker. Kanker merupakan salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia. World Health Organization (WHO) mengestimasikan bahwa 84 juta orang meninggal akibat kanker dalam rentang waktu 2005 dan 2015.3 Pada tahun 2000 terdapat 10 juta orang (5,3 juta laki-laki dan 4,7 juta wanita) menderita kanker di seluruh dunia dan 6,2 juta diantaranya meninggal dunia (Case Fatality Rate/CFR 62%) (WHO, 2003).
Data American Cancer Society (2004), angka kejadian leukemia di Amerika Serikat 33.440 kasus, 19.020 kasus diantaranya pada laki-laki (56,88%) dan 14.420 kasus baru lainnya pada perempuan (43,12%). Insiden rate (IR) leukemia pada laki- laki di Canada 14 per 100.000 penduduk dan pada wanita 8 per 100.000 penduduk pada tahun yang sama. Data The Leukemia and Lymphoma Society (2009) menyebutkan bahwa setiap 4 menit terdapat 1 orang meninggal karena kanker. Diperkirakan 139.860 orang di Amerika terkena leukemia, lymphoma dan myeloma dan 53.240 orang meninggal karena kasus ini (CFR 38,1%). IR leukemia yaitu 12,2 per 100.000 penduduk.
 Penyakit tersebut mempunyai banyak faktor penyebab namun belum ada yang mendominasi hingga terjadinya penyakit tersebut. Oleh karena itu, untuk mencegah leukemia atau kanker darah kita harus mengenal lebih jauh tentang leukemia, bagaimana gejala-gejalanya, dampak dari penyakit leukemia, cara diagnosa dan penyembuhannya. Penyakit leukimia ini harus ditangani dengan tepat agar penderita tidak terjangkit penyakit lainnya karena tranfusi yang tidak steril. Berdasarkan paparan dari fakta inilah maka kami selaku penulis tertarik untuk membahas kasus mengenai penyakit leukimia ini dan sebagai pemenuhan tugas pada blok sistem imun dan hematologi.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian penyakit Leukemia?
2.      Apa jenis – jenis penyakit Leukemia?
3.      Bagaimanakah etiologi penyakit Leukemia?
4.      Bagaimana Faktor Risiko Perkembangan penyakit Leukemia?
5.      Bagaimanakah Patofisiologi penyakit Leukemia?
6.      Apa sajakah manifestasi klinis penyakit Leukemia?
7.      Apa sajakah pemeriksaan diagnostic penyakit Leukemia?
8.      Bagaiamankah penatalaksanaan penyakit Leukemia?
9.      Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien penyakit Leukemia?

C.    Tujuan
1.      Tujuan istruksional umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien gangguan sel darah putih (leukemia).
2.      Tujuan instruksional khusus
Mengetahui etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan diagnostic, penatalaksanaan dan pencegahan pada penyakit Leukemia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Definisi Leukemia
      Leukemia adalah kanker dari salah satu jenis sel darah putih di sumsum tulang, yang menyebabkan proliferasi salah satu jenis sel darah putih dengan menyingkirkan jenis sel lain (Reeves, Charlene J et al, 2001). Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sum-sum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002 : 248 ).
Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain. (Arief Mansjoer, dkk, 2002 : 495).
         Leukemia tampak merupakan penyakit klonal, yang berarti satu sekelompok sel anak yang abnormal. Sel-sel ini menghambat semua sel darah lain di sumsum tulang untuk berkembang secara normal, sehingga mereka tertimbun di sumsum tulang. Karena factor-faktor ini, leukemia disebut gangguan akumulasi sekaligus gangguan klonal. Paa akhirnya, sel-sel nonleukemik di dalam darah yang merupakan penyebab berbagai gejala umum leukemia. Berdasarkan dari beberapa pengetian diatas maka penulis berpendapat bahwa leukimia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh proliferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.

B.  Jenis Leukemia
         Leukemia digambarkan sebagai akut atau kronis, bergantung pada cepat tidaknya kemunculan dan bagaimana diferensiasi sel-sel kanker yang bersangkutan.  Sel-sel leukemia akut berdiferensiasi dengan buruk, sedangkan sel-sel leukemia kronis biasanya berdiferensiesi dengan baik.
         Leukemia juga digambarkan berdasarkan jenis sel yang berproliferasi. Sebagai contoh, leukemia limfoblastik akut, merupakan leukemia yang paling sering di jumpai pada anak, menggambarkan kanker dari turunan sel limfosit primitive. Leukemia granulostik adalah leukemia eosinofil, neutrofil, atau basofil. Leukemia pada orang dewasa biasanya limfositik kronis atau mielobastik akut.     
Pembagian penyakit leukemia terdiri dari:
1.      Leukemia limfositik akut (LLA)
Leukemia limfoblastik akut (ALL) adalah keganasan yang paling sering dijumpai pada populasi anak-anak. Di Amerika Serikat, leukemia limfoblastik akut lebih sering dijumpai pada pria daripada wanita dan lebih sering pada ras kaukasia daripada Afrika-Amerika. Puncak usia terjadinya leukemia limfoblastik akut adalah kira-kira 4 tahun, walaupun walaupun penyakit ini dapat mengenai semua usia. Individu-individu tertentu, seperti penderita Sindrom Down dan ataksia-telangieksis sangat beresiko mengalami penyakit ini. Penyebabnya tidak di ketahui, walaupun dapat berkaitan dengan factor genetic, lingkungan, infeksi, dan di pengaruhi imun. Pada pemeriksaaan fisik dijumpai adanya memar, petekie, limfadenopati dan hepatosplenomegali. Evaluasi laboratorium dapat menunjukan leukositosis, anemia, dan trombositopenia. Pada kira-kira 50% pasien pasien di temukan jumlah leukosit melebihi 10.000/mm3 pada saat didiagnosis, dan pada 20% pasien melebihi 50.000/mm3. Neutopenia (jumlah neutrofil absolute kurang dari 500/mm3) sering dijumpai. Limfoblas dapat melaporkan di darah perifer, tetapi pemeriksa yang berpengalaman dapat melaporkan limfoblas tersebut sebagai limfosit atipik. Diagnosis pasti leukemia di tegakkan dengan melakukan aspirasi sumsum tulang yang meperlihatkan limfoblas lebih dari 25%. Cairan spinal juga perlu diperiksa karena sistem saraf pusat merupakan tempat persembunyian penyakit ekstramedular.

2.      Leukemia mielositik kronis (CML)
Leukemia mielositik kronis (CML) terhitung kira-kira 3%  dari semua kasus leukemia pada anak-anak. Penyakit ini dapat mengenai semua usia, tetapi sebagian besar kasus terjadi pada akhir masa kanak-kanak. Penyakit ini relative lebih lambat disbanding leukima akut. Penyebabnya tidak diketahui. Pasien sering asimtomatik dan terdapat jumlah leukosit yang tinggi atau splenomegali yang ditemukan pada pemeriksaan rutin anak yang sehat. Akan tetapi, dapat trejadi gejala seperti demam, keringat malam, nyeri abdomen atau nyeri tulang.
Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya splenomegali nyata. Hepatomegali dapat juga terjadi. Evaluasi laboratorium secara tipikal memperlihatkan leukositosis nyata, trombositis, dan anemia ringan. Sumsum tulang hiperselular tetapi sisertai maturasi myeloid yang normal. Sel blas tidak banyak dijumpai. Pada kira-kira 90%  kasus, tanda sitogenik yang khas pada leukemia mielositik kronis yang terlihat adalah: kromosom lphiladelphia. Kromosom ini berkaitan dengan t (9;22) klasik.
3.      Multiple Myeloma
Multiple myeloma merupakan  suatu kanker sel plasma dimana sebuah clone dari sel plasma yang abnormal berkembangbiak, membentuk tumor di sumsum tulang dan menghasilkan sejumlah besar antibodi yang abnormal, yang terkumpul di dalam darah atau air kemih. Multiple myeloma (myelomatosis, plasma cell myeloma, Kahler's disease) merupakan keganasan sel plasma yang ditandai dengan penggantian sumsum  tulang, kerusakan tulang , dan formasi paraprotein. Myeloma menyebabkan gejala-gejala klinik dan tanda-tanda klinis melalui mekanisme yang bervariasi. Tumor menghambat sumsum tulang memproduksi cukup sel darah. Hal ini dapat menyebabkan masalah kesehatan pada ginjal, saraf, jantung, otot dan traktus digestivus. Meskipun myeloma masih belum bisa diobati, perkembangan terapi yang terbaru, termasuk penggunaan thalidomide dan obat-obatan lain seperti bortezomib dan CC-5013 cukup menjanjikan. ( McPhee ,J.Stephen, Maxine A. Papadakis, Jr.Lawrence M. Tierney, 2008).

C.    Etiologi
Kanker adalah salah satu jenis penyakit degeneratif yang disebabkan adanya pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Selanjutnya sel kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga bisa menyebabkan kematian (Irawan, 2001).
Etiologi leukimia sampai sekarang belum dapat dijelaskan secara keseluruhan. Banyak para ahli menduga bahwa faktor infeksi sangat berperan dalam etiologi leukimia. Infeksi terjadi oleh suatu bahan yang menyebabkan reaksi seperti infeksi oleh suatu virus (Supandiman, 1997). Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu:
  1. Faktor genetic
Terlihat pada kembar identik yang akan beresiko tinggi bila kembaran yang lain mengalami leukemia saudara sekandung dari individu yang leukemia dan individu dengan sindrom down juga beresiko terhadap terjadinya leukemia.
  1. Penyakit yang didapat
Resiko terkena leukemia mencakup mielofibrosis, polisetemia vera, dan anemia refraktori sideroblastik. Mieloma multipel dan penyakit Hodgkin juga menunjukan peningkatan resiko terhadap terjadinya penyakit ini. Resiko ini dapat di hubungkan dengan penyakit dasar atau pengobatan dengan adens kemoterapi/radiasi.
  1. Agens kimia dan fisik
Merupakan resiko signifikan terhadap leukimia . Agens kemoterapi kloramfenikol dan agens pengkelat (alkylating) juga beresiko.

D.    Patofisiologi
Bila virus dianggap sebagai penyebabnya (virus onkogenik yang mempunyai struktur antigen tertentu), maka virus tersebut dengan mudah akan masuk ke dalam tubuh manusia jika struktur antigennya sesuai dengan struktur antigen manusia itu (hospes).
Bila struktur antigen virus tidak sesuai dengan struktur antigen individu, maka virus tersebut akan ditolak, seperti pada penolakan terhadap benda asing lain. Struktur antigen manusia terbentuk oleh struktur antigen dari berbagai alat, terutama kulit dan selaput lendir yang terletak dipermukaan tubuh (kulit disebut juga antigen jaringan) atau HL-A (Human Leucocyte locus A)
            Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor malignan, imaturnya sel blast. Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu akan menimbulkan anemia dan trombositopenia. Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh sehingga mudah mengalami infeksi. Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ, SSP. Gangguan nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang dan berdampak pada penurunan leukosit, eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan. Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan menyebabkan terjadinya pembesaran hati, limfe dan nodur limfe dan nyeri persediaan.


E.     WOC
 -


F.     Manifestasi Klinis
      Selain presentasi klinis, laboratorium dan evaluasi patologi diperlukan untuk definitif diagnosis leukimia. Tes yang paling penting adalah sumsum tulang biopsi dan aspirasinya yang disampaikan kepada hematopathology untuk berbagai evaluasi. Noda cytochemical sangat membantu untuk menentukan apakah leukimia akut adalah keturunan myeloid atau limfoid.
Umum: Biasanya terjadi 1-3 bulan dengan gejala yang tidak jelas seperti kelelahan, kurangnya toleransi latihan, nyeri dada dan perasaan yang tidak enak. Gejala yang muncul pasien melaporkan penurunan berat badan, malaise, kelelahan, dan palpitasi dan dyspnea saat beraktivitas. Gajala lain yang dapat muncul yaitu demam, menggigil, dan kerasnya sugestif infeksi, memar (perdarahan vagina yang berlebihan, epistaksis, ekimosis dan petechiae), nyeri tulang, kejang, sakit kepala, dan diplopia.
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai berikut:
1.      Pilek tidak sembuh-sembuh
2.      Pucat, lesu, mudah terstimulasi
3.      Demam dan anorexia
4.      Berat badan menurun
5.      Ptechiae, memar tanpa sebab
6.      Nyeri pada tulang dan persendian
7.      Nyeri abdomen
8.      Lumphedenopathy
9.      Hepatosplenomegaly
10.  Abnormal WBC
(Suriadi & Rita Yuliani, 2001: hal. 177)

G.    Pemeriksaan Diagnostik
  1. Pemeriksaan Diagnostik Leukimia Limfoblastik Akut (ALL)
Hitung darah lengkap dan diferensiasinya adalah indikasi utama bahwa leukemia tersebut mungkin timbul.Semua jenis leukemia tersebut didiagnosis dengan aspirasi dan biopsi sumsum tulang.Contoh ini biasanya didapat dari tulang iliaka dengan pemberian anestesi lokal dan dapat juga diambil dari tulang sternum. (Gale, 2000 : 185)
Pada leukemia akut sering dijumpai kelainan laboratorik seperti:
a.       Darah tepi
1)      Dijumpai anemia normokromik-normositer, anemia sering berat dan timbul cepat.
2)      Trombositopenia, sering sangat berat di bawah 10 x 106/l
3)      Leukosit meningkat, tetapi dapat juga normal atau menurun.
4) Menunjukkan adanya sel muda (mieloblast, promielosit, limfoblast, monoblast, erythroblast atau megakariosit) yang melebih 5% dari sel berinti pada darah tepi.

b.      Sumsum tulang
Merupakan pemeriksaan yang sifatnya diagnostik.Ditemukan banyak sekali sel primitif.Sumsum tulang kadang-kadang mengaloblastik; dapat sukar untuk membedakannya dengan anemia aplastik. Hiperseluler, hampir semua sel sumsum tulang diganti sel leukemia (blast), tampak monoton oleh sel blast, dengan adanya leukomic gap (terdapat perubahan tiba-tiba dari sel muda (blast) ke sel yang matang, tanpa sel antara). System hemopoesis normal mengalami depresi. Jumlah blast minimal 30% dari sel berinti dalam sumsum tulang (dalam hitung 500 sel pada apusan sumsum tulang).

c.       Pemeriksaan sitogenetik
Pemeriksaan kromosom merupakan pemeriksaan yang sangat diperlukan dalam diagnosis leukemia karena kelainan kromosom dapat dihubungkan dengan prognosis.

d.      Pemeriksaan immunophenotyping
Pemeriksaan ini menjadi sangat penting untuk menentukan klasifikasi imunologik leukemia akut. Pemeriksaan ini dikerjakan untuk pemeriksaan surface marker guna membedakan jenis leukemia.

2.      Pemeriksaan Diagnostik pada Kronik Leukimia Myeloblast (CML)
a.       Darah Tepi
1)      Leukositosis biasanya berjumlah >50 x 109 /L dan kadang – kadang >500 x 109/L.
2)      Meningkatnya jumlah basofil dalam darah.
3)      Apusan darah tepi : menunjukkan spektrum lengkap seri granulosit mulai dari mieloblast sampai netrofil, dengan komponen paling menonjol ialah segmen netrofil dan mielosit. Stab, metamielosit, promielosit dan mieloblast juga dijumpai. Sel blast kurang dari 5%.
4)      Trombosit bisa meningkat, normal, atau menurun. Pada fase awal lebih sering meningkat.
5)      Fosfatase alkali netrofil (neutrophil alkaline phosphatase [NAP] score) selalu rendah
b.      Sumsum Tulang.
Hiperseluler dengan sistem granulosit dominan.Gambarannya mirip dengan apusan darah tepi.Menunjukkan spectrum lengkap seri myeloid, dengan komponen paling banyak ialah netrofil dan mielosit. Sel blast kurang dari 30%. Megakariosit pada fase kronik normal atau meningkat.
c.       Sitogenik: dijumpai adanya Philadelphia (Ph1) chromosome pada kasus 95% kasus.
d.      Vitamin B12 serum dan B12 binding capacity meningkat.
e.       Pemeriksaan PCR (polymerase chain reaction) dapat mendeteksi adanya chimeric protein bcr – abl pada 99% kasus.
f.       Kadar asam urat serum meningkat.

3.      Pemeriksaan Diagnostik pada Multiple Myeloma
a.       Laboratorium
Anemia normositik normokrom ditemukan pada hampir 70% kasus. Jumlah leukosit umumnya normal. Trombositopenia ditemukan pada sekitar 15% pasien yang terdiagnosis. Adanya sel plasma pada apusan darah tepi jarang mencapai 5%, kecuali pada pasien dengan leukemia sel plasma. Formasi Rouleaux ditemukan pada 60% pasien. Hiperkalsemiadite mukan pada 30% pasien saat didiagnosis. Sekitar seperempat hingga setengah yang didiagnosis akan mengalami gangguan fungsi ginjal dan 80% pasien menunjukkan proteinuria, sekitar 50% proteinuria Bence Jones yang dikonfirmasi dengan imunoelektroforesis atau imunofiksasi.
b.      Radiologi
Gambaran foto x-ray dari multipel mieloma berupa lesi multipel, berbatas tegas, litik, punch out, dan bulat pada tengkorak, tulang belakang, dan pelvis. Lesi terdapat dalam ukuran yang hampir sama. Lesi lokal ini umumnya berawal di rongga medulla , mengikis tulang cancellous, dan secara progresif menghancurkan tulang kortikal. Sebagai tambahan, tulang pada pasien mieloma, dengan sedikit pengecualian, mengalami demineralisasi difus.
c.       CT-Scan
CT Scan menggambarkan keterlibatan tulang pada mieloma. Namun, kegunaan modalitas ini belum banyak diteliti, dan umumnya CT Scan tidak dibutuhkan lagi karena gambaran pada foto tulang konvensional menggambarkan kebanyakan lesi yang CT scan dapat deteksi.
d.      MRI
MRI potensial digunakan pada multiple mieloma karena modalitas ini baik untuk resolusi jaringan lunak. Secara khusus, gambaran MRI pada deposit mieloma berupa suatu intensitas bulat, sinyal rendah yang fokus di gambaran T1, yang menjadi intensitas sinyal tinggi pada sekuensi T2.
e.       Angiografi
Gambaran angiografi tidak spesifik.Tumor dapat memiliki zona perifer dari peningkatan vaskularisasi.Secara umum, teknik ini tidak digunakan untuk mendiagnosis multipel mieloma.


H.    Penatalaksanaan
  1. Leukimia Limfoblastik Akut (ALL)
a.       Pengobatan
Pengobatan khusus dan harus dilakukan di rumah sakit.Berbagai regimen pengobatannya bervariasi, karena banyak percobaan pengobatan yang masih terus berlangsung untuk menentukan pengobatan yang optimum.
b.      Terapi
Terapi untuk leukemia akut dapat digolongkan menjadi dua yaitu:
1)      Kemoterapi
2)      Terapi suportif
Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yang ditimbulkan oleh penyakit leukemia itu sendiri dan juga untuk mengatasi efek samping obat. Terapi suportif yang diberikan adalah;
a)      Terapi untuk mengatasi anemia
b)      Terapi untuk mengatasi infeksi, sama seperti kasus anemia aplastik terdiri atas Antibiotika adekuat, Transfusi konsentrat granulosit. Perawatan khusus (isolasi) dan Hemopoitic growth factor (G-CSF atau GM-CSF)
c)      Terapi untuk mengatasi perdarahan
d)     Terapi untuk mengatasi hal-hal lain seperti pengelolaan leukostasis, pengelolaan sindrom lisis tumor

2.      Leukimia Myeloblastik Akut (CML)
Terapi CML tergantung pada dari fase penyakit, yaitu
a.       Fase kronik, obat pilihannya meliputi:
1)      Busulpan (Myleran), dosis : 0,1 – 0,2 mg/kgBB/hari. Leukosit diperiksa tiap minggu. Dosis diturunkan setengahnya jika leukosit turun setengahnya. Obat dihentikan jika leukosit 20.000/mm3. Terapi dimulai jika leukosit naik menjadi 50.000/mm3. Efeksamping dapat berupa aplasia sumsum tulang berkepanjangan, fibrosis paru, bahaya timbulnya leukemia akut (Bakta, 2007).
2)      Kemoterapi Hydroxiurea bersifat efektif dalam mengendalikan penyakit dan mempertahankan hitung leukosit yang normal pada fase kronik, tetapi biasanya perlu diberikan seumur hidup (Hoffbrand, 2005) dan memerlukan pengaturan dosis lebih sering, tetapi efek samping minimal. Dosis mulai dititrasi dari 500 mg – 2000 mg. Kemudian diberikan dosis pemeliharaan untuk mencapai leukosit 10.000 – 15.000/mm3. Efek samping lebih sedikit dan bahaya, keganasan sekunder hampir tidak ada (Bakta, 2007).
3)      Inhibitor tirosin kinase. Obat ini sekarang sedang diteliti dalam percobaan klinis dan tampaknya hasilnya menjanjikan. Zat STI 571 adalah suatu inhibitor spesifik terhadap protein ABL yaitu tirosin kinase dan mampu menghasilkan respons hematologik yang lengkap pada hampir semua pasien yang berada dalam fase kronik dengan tingkat konversi sumsum tulang yang tinggi dari Ph+ menjadi Ph- (Hoffbrand, 2005).
4)      Interferon alfa biasanya diberikan setelah jumlah leukosit terkontrol oleh hidroksiurea. Pada CML fase kronik interferon dapat memberikan remisi hetologik pada 80% kasus, tetapi remisi sitogenetik hanya tercapai pada 5 – 10% kasus (Bakta, 2007;Hoffbrand, 2005).
3.      Multiple Myeloma
a.      Kemoterapi
b.      Terapi radiasi. Dalam myeloma, radiasi digunakan terutama untuk mengobati tumor yang lebih besar, atau untuk mencegah fraktur patologis tulang myeloma.
c.       Pengobatan ditujukan untuk:
1)      Mencegah atau mengurangi gejala dan komplikasi
2)      Menghancurkan sel plasma yang abnormal
3)      Memperlambat perkembangan penyakit.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
A      ANAMNESA
       - Identitas klien
      - Riwayat kesehatan
a.       Riwayat kesehatan dahulu
·         Myelodisplastic syndrome
·         Kemoterapi
·         Down Syndrome
·         Terpapar oleh elektromagnetik field
·         Bekerja dengan bahan – bahan kimia tertentu (formaldehid, benzene)
·         Anemia fanconi
b.    Riwayat kesehatan sekarang
·         Demam atau berkeringat pada malam hari
·         Fatigue, Malaise
·         Sakit kepala
·         Nyeri pada tulang ataupun sendi
·         Hepatosplenomegali
·         Pembengkakan pada nodus limfe terutama pada leher dan ketiak
·         Penurunan berat badan
·         Anemia
·         Petekie
·         Hipertrofi gusi
·         Pegal – pegal
c.    Riwayat kesehatan keluarga
·        Saudara kandung (kembar monozigot/identik) menderita leukemia
b. Pemeriksaan fisik
1.      Aktivitas
·         Malaise
·         Lemah
·         Peningkatan kebutuhan tidur
2.      Sirkulasi
·         Palpitasi
·         Takikardia
·         Membran mukosa pucat
3.      Makanan/Cairan
·        Anoreksi
·        Mual
·        Muntah
·        Penurunan berat badan
·        Disfagia
·        Hipertrofi gusi
·        Distensi abdomen
·        Bunyi usus menurun
·        Stomatitis
4.      Neurosensori
·         Pusing
·         Kesemutan
·         Disorientasi
·         Kejang
5.      Nyeri/Kenyamanan
·         Nyeri abdomen
·         Nyeri tekan sternal
·         Sakit kepala
·         Nyeri tulang/sendi
6.      Pernapasan
·         Dyspnea
·         Napas pendek
·         Takipnea
·         Ronki
·         Penurunan bunyi napas
7.      Keamanan
·         Gangguan penglihatan
·         Infeksi
·         Perdarahan
·         Pembesaran hati, limpa, nodus limfe
8.      Integritas Ego
·         Depresi, Menarik diri
·         Ansietas
·         Perasaan tak berdaya
c    Pemeriksaan penunjang
·       DIAGNOSTIK
1.      Leukemia Myelogenik Akut
·         Dengan aspirasi sumsum tulang yang menunjukkan peningkatan secara signifikan myeloblast belum matang.
·         Kehadiran batang-batang Auer dalam darah juga merupakan indikasi dari AML.
·         Sitokimia: perokside +, Sudan Black +, PAS –
·         Leukeosit meningkat, normal, menurun (subleukemik, aleukemik)
2.      Leukemia Mielogenik Kronik
·         Basofil meningkat
·         Resisten terapi
·         Trombositopenia progresif
·         Pemeriksaan sumsum tulang didapatkan keadaan hiperseluler dengan peningkatan jumlah megakarosit dan aktivitas granulosit
3.      Leukemia Limfositik Akut
·         Diperkuat dengan aspirasi atau biopsi sumsum tulang
·         Sama dengan AML tetapi yang ditemukan  limfoblast, Auer’s Rod (-), peroksidase (-), sudan black (-), PAS (+)
·         Pemeriksaan sumsum tulang menunjukkan sel blast dominan
4.      Leukemia Limfositik Kronik
·         Biopsi sumsum tulang menunjukkan infiltrasi merata oleh limfosit kecil, yaitu > 40% dari total sel yang berinti
·         Anemia
·    LABORATORIUM
1.    Leukemia Myeloid Akut
·         Anemia: normositer normokrom, bisa berat dan timbul cepat
·         Leukosit meningkat, normal, menurun
·         Hapusan darah tepi menunjukkan blast 5%
2.    Leukemia Myeloid Kronik
·       Lekositosis > 50.000/mm³
·       Pergeseran ke kiri pada hitung jenis
·       Trombositopenia
·       Kromosom Philadlphia
·       Kadar fosfatase alkali lekosit rendah atau sama sekali tidak ada
·       Kenaikan kadar vitamin B12 dalam darah
3.    Leukemia Limfositik Akut
·         Pemeriksaan darah tepi ada leukositosis
·         Jumlah leukeosit nuetrofil seringkali rendah
·         Kadar hemoglobin dan trombosit rendah
4.    Leukemia Limfositik Kronik
·         Limfositosis > 50.000/mm³
·         Trombositopenia
·         Sitogenik kelainan kromosom 12, 13, 14 kadang kromosom 6, 11
·         Penurunan jumlah eritrosit




ANALISA DATA
No
Data
Patofisiologi
Masalah
1

Leukemia® depresi sum-sum tulang® hematopoesis terganggu® pe¯ eritrosit® anemia® pe¯ perfusi jaringan® sianosis
Gangguan perfusi jaringan
2

Leukemia® depresi sum-sum tulang®hematopiesis terganggu® pe¯leukosit® insufisiensi
Resiko infeksi
3

pematangan Ig® pe¯sistem imun® abses pada membran mukosa® infeksi® demam
Hiperthermi
4

leukemia® depresi sum-sum tulang® hematopoesis terganggu® penurunan faktor pembekuan® pendarahan® trombositopeni
Resiko cedera
5

leukemia® infiltrasi ekstra medular® pem> limfa, liver, nodus limfe, tulang® tulang mengecil &lemah® fraktur fisiologis
intoleran aktifitas
6

leukemia® proliferasi hiperseluler-hipermetabolik® sel ke(-)an nutrisi® kelelahan,pe¯ BB
gangguan nutrisi
7

leukemia® infiltrasi SSP® meningitis leukemia® mual muntah
kekurangan volume cairan
8

leukemia® infiltrasi ekstra medular® pem> limfa, liver, nodus limfe, tulang® muskuloskeletal® nyeri tulang&sendi
gangguan kenyamanan, Nyeri

B       DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.  Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan imunologis, perubahan status nutrisi, anemia
2. Resiko tinggi terhadap infeksi b.d tak adekuat pertahanan sekunder: gangguan dalam kematangan SDP (granulosit rendah dan jumlah limfosit abnormal), peningkatan jumlah lomfosit imatur
3. Hipertermi b.d penurunan sistim imun tubuh, infeksi
4. Resiko cedera b.d penurunan factor pembekuan.
5. Intoleran aktifitas b.d  kelemahan umum (penurunan cadangan energi, peningkatan laju metabolik, produksi leukosit masif), ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen (anemia/hipoksia), pembatasan terapeutik,
6.  Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuan tubuh b.d status hipermetabolik
7.  Kekurangan volume cairan b.d kehilangan yang berlebihan (mual muntah, pendarahan), penurunan pemasukan cairan (mual, anoreksia), peningkatan kebutuhan cairan (status hipermatabolik).
8. Gangguan kenyamanan, Nyeri b.d agen fiskal (pembesaran organ, sumsum tulang yang dikemas dengan sel leukemik), agen kimia (pengobatan anti leukemik), manifestasi psikologis (ansietas, takut)



C      INTERVENSI KEPERAWATAN
No
Diagnosa keperawatan
Kriteria Hasil (NOC)
Intervensi (NIC)
1
Resiko cidera

a.      Risk Kontrol
Indikator :
·    Klien terbebas dari cedera
·    Klien mampu menjelas kan cara/metode untuk mencegah injury/cedera
·    Klien mampu menjelas kan factor risiko dari lingkungan/perilaku personal
·    Mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah injury
·    Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
Mampu mengenali peru bahan status kesehatan
a.      Manajemen lingkungan
Aktivitas :
·         Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
·         Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif  pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien
·         Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya memindahkan perabotan)
·         Memasang side rail tempat tidur
·         Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
·         Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau pasien.
·         Membatasi pengunjung
·                    Memberikan penerangan yang cukup Mengan jurkan keluarga untuk menemani pasien.
·         Mengontrol lingkungan dari kebisingan
·                    Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
·         Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengun jung adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit.

2
Risiko infeksi

Definisi:
Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogenik yang dapat mengganggu kesehatan.

Faktor risiko:
a)      Kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen
b)      Prosedur invasif
c)      Pemajanan terhadap patogen lingkungan meningkat

Factor berhubungan :
a)      Penumpukan urin
b)      Pertumbuhan mikro organism
c)      Pertumbuhan bakteri
NOC :
a.     Pengetahuan Manajemen Infeksi
Indikator :
1)      Mengetahui tanda dan gejala infeksi
2)      Melakukan aktivitas untuk resistensi terhadap infeksi
3)      Mengobati infeksi yang dideritanya
4)      Mengetahui efek samping pengobatan

b.      Kontrol resiko : proses infeksi
Indikator :
1)      Mengetahui resiko diri terhadap infeksi
2)      Mengetahui konsekuensi yang terjadi pada diri berhubungan dengan infeksi
3)      Mengetahui perilaku yang berhubungan dengan resiko infeksi
4)      Menidentifikasi tanda dan gejala yang mengindikasikan resiko potensial terhadap infeksi
5)      Mengidentifikasi strategi untuk melindungi diri dari hal lainnya yang menyebabkan infeksi
6)      Memelihara keadaan lingkungan agar tetap bersih
7)      Mengembangkan strategi control infeksi yang efektif
8)      Monitor perubahan dalam status kesehatan
9)      Melakukan tindakan tanggap untuk mengurangi resiko


NIC :
Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
Tindakan keperawatan:
1)         Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
2)         Monitor kerentanan terhadap infeksi
3)         Batasi pengunjung
4)         Ajarkan pengunjung terhadap penyakit menular
5)         Pertahankan teknik isolasi
6)         Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
7)         Dorong masukkan nutrisi yang cukup
8)         Dorong masukan cairan
9)         Dorong istirahat
10)     Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
11)     Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
12)     Ajarkan cara menghindari infeksi
13)     Laporkan kecurigaan infeksi

3
Resiko Cidera
NOC:
Risk Kontrol
Indikator
a)        Klien terbebas dari cidera
b)       Klien mampu menjelaskan cara atau metode untuk mencegah cidera
c)        Klien mampu menjelaskan faktor resiko dari lingkungan
d)       Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
Mampu mengenali perubahan status kesehatan
Environment Management
a)      Sediakan lingkungan yang aman untuk  pasien
b)      Identifikasi kebutuhan keamanan pasien sesuai dengan kondisi fisik
c)      Dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakir dahulu pasien
d)     Memasang side rail tempat tidur
e)      Menyediakan tempat tidur yang aman dan bersih
f)       Membatasi pengunjunng
g)      Memberikan penerangan yang cukup
h)      Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit




BAB IV
PENUTUP

A      Simpulan
         Leukemia adalah kanker dari salah satu jenis sel darah putih di sumsum tulang, yang menyebabkan proliferasi salah satu jenis sel darah putih dengan menyingkirkan jenis sel lain. Leukemia juga digambarkan berdasarkan jenis sel yang berproliferasi. Sebagai contoh, leukemia limfoblastik akut, merupakan leukemia yang paling sering di jumpai pada anak, menggambarkan kanker dari turunan sel limfosit primitive. Leukemia granulostik adalah leukemia eosinofil, neutrofil, atau basofil. Leukemia pada orang dewasa biasanya limfositik kronis atau mielobastik akut. Angka kelangsungan hidup jangka panjang untuk leukemia bergantung pada jenis sel yang terlibat, tetapi berkisar sampai lebih dari 75% untuk leukemia limfositik akut pada masa kanak-kanak, merupakan angka statistic yang luar biasa karena penyakit ini hamper brsifat fatal. Obat yang dapat memicu terjadinya leukimia akut yaitu agen pengalkilasi, epindophy ilotoxin.
         Sebagai salah satu tenaga kesehatan, khususnya perawat yang sering bersama dengan pasien tentunya harus mampu untuk melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sel darah putih (leukemia). Oleh karena itu sebagai seorang perawat harus mampu memberikan asuhan keperawatan untuk mengembalikan kondisi pasien ke keadaan yang lebih baik.

B       Saran
Makalah ini adalah makalah yang membahas tentang asuhan keperawatan pasien dengan Leukemia, sehingga diharapkan bermanfaat bagi pembaca yang membutuhkan. Makalah ini belum memenuhi kesempurnaan, oleh karena itu dibutuhkan perbaikan makalah ini agar lebih baik dan lengkap. Setelah membaca makalah ini, pembaca dapat menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan Leukemia.

DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cecily. 2002. Keperawatan Pediatrik Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar  Keperawatan  Medikal  Beda. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis. EGC : Jakarta.
Marilyn  E.  Doenges,   Mary   Frances   Moorhouse,  Alice  C.  Geissler.2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit  Buku  Kedokteran  EGC.
Reeves, Charlene J et al. 2001.Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko  Setyono. Ed. I. Jakarta : Salemba Medika.
Sacher, Ronald A., Rochard A. McPherson. 2004. Tinjauan Klinis Hasil pemeriksaan laboratorium. Jakarta. EGC.
Schwartz, M.Willam. 2005. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sylvia A. Price, Lorraine M.  Wilson. 2002. Patofisiologi  (Konsep  Klinis  Proses-Proses Penyakit). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Wilkinson, Judith. M, Nancy R. Ahern. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan (Nanda, NIC,NOC). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).



No comments:

Post a Comment